Kerap Disorot, Apakah Bali Memang Siap Jadi Tuan Rumah Seri 4 BRI Liga 1?

Nasional

Suasana di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Seri keempat BRI Liga 1 2021/22 sudah mulai digulirkan di Bali. Sorotan hingga kritik tertuju pada Pulau Dewata selaku tuan rumah. Lantas, apakah Bali benar-benar siap menjadi venue perhelatan akbar sepak bola Indonesia secara terpusat?

PSSI tentu sudah melakukan pertimbangan masak-masak saat menunjuk Bali sebagai tuan rumah seri keempat. Salah satu alasan utamanya adalah untuk membangkitkan kembali gairah pariwisata di Bali yang ‘mati suri’ sejak 2020 karena pandemi.

Sebelum BRI Liga 1 berlanjut di Bali, banyak pihak yang sudah meragukan kompetisi bakal berlangsung sempurna. Pasalnya, Bali dinilai tidak siap secara insfratruktur dibanding provinsi lain.

Dan, keraguan itu akhirnya benar terjadi.

Suasana di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Pada 4 Januari 2022, Persikabo harus menjalani latihan gelap-gelapan karena lampu Gelora Samudera mati. Saat itu, Persikabo menggelar sesi latihan jelang laga kontra Arema.

Kesialan lain juga menimpa Persebaya Surabaya saat berlaga melawan Bali United pada 5 Januari. Sang pelatih, Aji Santoso, mengeluhkan kondisi ruang ganti Stadion Ngurah Rai yang sempit dan panas.

Keluhan tak hanya datang dari tim-tim peserta. Para fan yang menyaksikan laga via siaran langsung pun mengeluh kualitas siaran buruk karena angle pengambilan gambar yang tak sedap dipandang.

Bali memiliki tiga stadion yang digunakan untuk seri keempat BRI Liga 1. Pertama, tentu, Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar. Kemudian, Stadion Ngurah Rai dan Stadion Kompyang Sujana yang sama-sama terletak di Denpasar.

kumparan berkesempatan menyambangi dua dari tiga stadion tersebut yakni Kapten I Wayan Dipta dan Ngurah Rai.

Kami berkunjung ke Kapten I Wayan Dipta saat laga Arema FC vs PSS Sleman, Kamis (13/1). Laga ini sendiri berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan ‘Singo Edan’.

Secara fasilitas, Kapten I Wayan Dipta tak perlu diragukan lagi. Ada nuansa berbeda kala memasuki kompleks markas Bali United ini. Terlihat dengan jelas bahwa stadion ini dikelola dengan sangat profesional.

Ada megastore klub yang menjual berbagai pernak-pernik khas Bali United, area bermain anak, hingga cafe di pinggir lapangan. Semuanya terlihat amat modern.

Suasana di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Di lorong menuju lapangan, ada semacam ruangan lengkap dengan rumput sintetis untuk para pemain melakukan pemanasan. Ukurannya memang tidak terlalu besar, namun cukup ‘memanaskan’ otot-otot pemain.

Saat ini, Kapten I Wayan Dipta tengah dipasangi bangku-bangku tribune berjenis single seat. Ketika kami berkujung, bangku-bangku tersebut baru rampung dipasang di area VIP, sisi tribune lainnya menyusul.

Pengelola Bali United Cafe, Daniel Rinekso, menerangkan bahwa fasilitas yang dibangun klub memang bertujuan untuk membawa nuansa ‘modern’ di stadion. Bali United ingin Kapten I Wayan Dipta ramah bagi keluarga dan anak-anak–jauh dari kekerasan.

”Bali United ingin mengusung konsep mall-stadium dan menjadi pelopor dalam hal penyediaan fasilitas lengkap di stadion Indonesia,” kata Daniel.

”Dengan adanya fasilitas ini, kami berharap Stadion Dipta menjadi nyaman untuk pengunjungnya, termasuk keluarga dan anak-anak yang bisa bermain di Playland,” jelasnya.

Stadion Kapten I Wayan Dipta. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Kapten I Wayan Dipta. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Kapten I Wayan Dipta. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanFoto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Kapten I Wayan Dipta. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Kami kemudian melanjutkan agenda ke Stadion Ngurah Rai untuk laga Persib Bandung vs Bali United di hari yang sama. Nah, di sinilah lemahnya insfrastruktur di Bali terasa.

Stadion Ngurah Rai bernuansa tua. Bangunan stadion terlihat sudah cukup berumur dan beberapa bagian sudah rusak, seperti lantai yang mulai retak dan pecah. Fasilitas di sana juga amat terbatas.

Stadion Ngurah Rai hanya memiliki satu sisi tribune. Awak media, tim Persib dan tim Bali United numplek di tribune yang sama. Bahkan, kami berdampingan langsung dengan para pemain Persib.

Ruang konferensi pers juga terlihat sangat sederhana. Sebuah ruangan kecil yang hanya memiliki satu pintu, dipasangi papan background konferensi pers, dan dihiasi bangku-bangku khas kondangan. Sangat sederhana.

PSSI dan PT LIB sejatinya sudah berupaya untuk membenahi kekurangan ini. Mereka sudah merenovasi ruang ganti Stadion Ngurah Rai tak lama usai insiden Persebaya.

Suasana di Stadion Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Aspirasi para penonton di rumah juga didengar. Terlihat, PSSI dan PT LIB mengubah posisi kamera utama menjadi lebih tinggi. Jadi, cakupan sisi lapangan yang tersiar di tayangan menjadi lebih luas dan sedap dipandang.

Secara keseluruhan, Bali dengan kekurangannya tetap layak menjadi tuan rumah BRO Liga 1. Dengan catatan, belum ada–atau hanya sedikit– penonton yang hadir ke stadion.

Sebab, Stadion Kapten I Wayan Dipta sudah lebih dari cukup. Sementara, Stadion Ngurah Rai hanya butuh sedikit pemolesan untuk mencapai standar ‘nyaman’.

Stadion Ngurah Rai. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Ngurah Rai. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Ngurah Rai. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Ngurah Rai. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparanStadion Ngurah Rai. Foto: Soni Insan Bagus L/kumparan

Leave a Reply