Rangkaian Upacara Nyepi, dari Penyucian Diri Hingga Berkunjung ke Kerabat

Rangkaian Upacara Nyepi, dari Penyucian Diri Hingga Berkunjung ke Kerabat

Nasional

I Wayan Sutantra, Walaka Penasehat Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Foto-foto: Masruroh/BasraBasra

Hari ini Kamis (3/3) umat Hindu di Indonesia menjalankan ibadah Tapa Brata Penyepian. Ini sebagai puncak peringatan Hari Raya Nyepi tahun 1944 Caka.

Dikatakan I Wayan Sutantra, Walaka Penasehat Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Catur Brata Penyepian yang dijalani umat Hindu saat Hari Raya Nyepi berlangsung selama 24 jam, yakni mulai Kamis (3/3) jam 06.00 hingga Jumat (4/3) jam 06.00.

“Catur Brata Penyepian itu terdiri dari Amati Karya (tidak bekerja), Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang),” ujar Sutantra, saat berbincang dengan Basra, usai upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Segara Kenjeran Surabaya, Rabu (2/3) sore.

Lebih lanjut dijelaskan Sutantra, Amati Geni memiliki arti tidak boleh menyalakan atau menggunakan api dan tidak diperbolehkan mengobarkan hawa nafsu.

Sedangkan Amati Karya artinya tidak diperbolehkan melakukan kegiatan kerja jasmani, artinya para umat Hindu wajib meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.

Adapun Amati Lelungan memiliki arti tidak boleh bepergian. Umat Hindu harus melakukan mawas diri saat perayaan Nyepi ini.

Yang terakhir yakni Amati Lelanguan artinya tidak mengobarkan kesenangan atau hiburan. Umat Hindu diwajibkan untuk melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi.

Diungkapkan Sutantra, Catur Brata Penyepian merupakan puncak upacara peringatan Hari Raya Nyepi setelah sebelumnya umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dan Tawur Agung Kesanga.

“Melasti dilaksanakan dua hari menjelang Nyepi. Melasti itu kita mencari Tirta, air suci yang bisa dilakukan di laut. Kenapa laut? karena aliran sungai itu pasti bermuara ke laut. Apapun warna air sungainya, mau hitam, coklat, tapi saat bermuara ke laut warnanya tetap biru. Itulah tempat yang paling suci. Makanya kita meminta air suci bisa di laut maupun danau sebagai muara air sungai. Air tirta digunakan untuk membersihkan diri dari segala kotoran (hati),” jelasnya.

Kegiatan selanjutnya, kata Sutantra, adalah Tawur Kesanga atau Mecaru, yang dilaksanakan H-1 sebelum perayaan Nyepi.

Tawur Agung Kesanga bertujuan untuk membersihkan dan mewisuda bumi sebelum Nyepi, yakni dimana umat akan melaksanakan Tapa Brata Penyepian.

“Tawur Kesanga sebagai persiapan untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian,” imbuhnya.

Selepas merayakan upacara Nyepi 24 jam penuh, lanjut Sutantra, umat Hindu akan menggelar prosesi Ngembak Geni. Ngembak Geni ini diselenggarakan pada pinanggal ping kalih Sasih Kadasa atau hari kedua pada bulan kesepuluh kalender Hindu-Bali, yang mana hal ini sekaligus mengakhiri proses catur brata penyepian.

Jadi, bisa dikatakan Ngembak Geni ini merupakan prosesi atau ritual penutup rangkaian Hari Nyepi. Setiap masyarakat Hindu yang melakukan Brata Penyepian, maka keesokan harinya akan sembahyang di Pura.

Pada ritual tersebut, masyarakat Hindu akan berucap syukur dan terima kasih pada Sang Hyang Widhi karena sudah memberikan limpahan berkah yang begitu luar biasa selepas melaksanakan prosesi Catur Brata Penyepian.

“Prosesi selanjutnya yakni Dharma Santi atau Sima Krama atau semacam silaturahim dengan mengunjungi kerabat, teman kerja, teman dekat, dan lain sebagainya untuk saling memberikan maaf atas berbagai kesalahan,” pungkasnya.