BMKG Temukan Sesar Baru Pasca Gempa di Pasbar, Ini Rekomendasi untuk Pemerintah

BMKG Temukan Sesar Baru Pasca Gempa di Pasbar, Ini Rekomendasi untuk Pemerintah

Nasional

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Foto: Ahmad/Langkan

Hasil identifikasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terhadap kondisi gempa di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, terbilang cukup mengejutkan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan adapun hasil identifikasi BMKG di Pasaman Barat telah menemukan segmen sesar baru di Sumatera Barat.

“Kita beri nama segmen baru itu dengan nama segmen Talamau,” katanya dikutip dari situs BMKG, Selasa (8/3/2022).

Menurutnya penemuan sesar baru tersebut perlu ditindak lanjuti dengan penentuan batas zona bahaya yang tidak boleh dibangun pemukiman masyarakat ataupun bangunan vital/strategis, tanpa menerapkan konstruksi bangunan tahan gempa, demi alasan keamanan.

“Ini penting, bila terjadi bencana ke depannya, maka akan meminimalkan dampak, baik dari sisi kerugian materi maupun korban jiwa,” ujar Dwikorita.

Ia menyarankan perlu bagi pemerintah untuk melakukan penegakan hukum terkait implementasi RTRW. Sehingga bisa mengatur pendirian bangunan.

Bentuknya, dapat berupa tidak lagi menerbitkan izin di lokasi-lokasi yang jelas-jelas memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi. Harus ada peta bencana dan zonasi yang jelas.

Hasil Identifikasi BMKG

Dwikorita menerangkan, hasil kajian yang dilakukan BMKG berdasarkan peta sesar aktif di Sumatera Barat di bagian utara, sebelumnya hanya terdapat patahan di Angkola dan Sianok.

Akan tetapi, setelah dikaji mendalam usai gempa Pasaman Barat, kini ditemukan segmen sesar baru yakni Sesar Talamau.

Sesar baru tersebut, kata dia, diklasifikasikan sebagai sesar geser menganan (dextral strike-slip fault) yang menjadi ciri khas mekanisme sumber gempa Sesar Besar Sumatera.

Sesar tersebut berpotensi menimbulkan dampak gempa hingga skala intensitas VII-VIII MMI.

Pada skala intensitas tersebut, maka gempa yang terjadi dapat merobohkan struktur bangunan atau rumah dengan tingkat kerusakan sedang hingga berat, sehingga apabila tidak diantisipasi dapat berakibat fatal bagi warga.

Dwikorita menegaskan, dengan semakin bertambahnya segmen patahan aktif yang ditemukan di wilayah Sumatera Barat ini, maka sumber-sumber gempa yang perlu diwaspadai dan mitigasi tidak hanya di Zona Megathrust dan Patahan Mentawai yang berada di laut saja.

“Teridentifikasinya sesar baru menjadi penanda pola patahan tektonik baru, karenanya perlu diwaspadai dan mitigasi secara komprehensif karena selama ini zona tersebut dianggap relatif aman,” ujarnya.

Dwikorita menuturkan, relokasi masyarakat dapat menjadi opsi dalam mitigasi. Namun apabila hal tersebut sulit dilakukan, maka masyarakat perlu terus diedukasi, agar dapat lebih memahami konsekuensi, bila mereka terus bertahan di lokasi rawan bencana tinggi.