Cerita Penjual Cilok di Ternate Keluhkan Harga Minyak Goreng yang Naik

Cerita Penjual Cilok di Ternate Keluhkan Harga Minyak Goreng yang Naik

Nasional

Masran (40) menjajakan cilok di Terminal Bastiong Kota Ternate. Foto: Rian/JMG

Masran, 40 tahun, sudah menjajakan cilok buatannya sejak 2018 lalu. Lokasi jualannya di sejumlah pusat keramaian Kota Ternate, Maluku Utara.

Kini, lelaki asal Kecamatan Moti itu menyandarkan gerobaknya di area Terminal Pasar Bastiong, Kecamatan Ternate Selatan, untuk melayani pelanggannya.

Masran tidak sendiri. Seorang bocah menemaninya jualan. Nama bocah itu Fadlan, putra Masran yang menempuh sekolah menengah pertama.

Dengan penghasilan per hari mencapai Rp. 400.000, Masran bilang omzetnya sangat berarti bagi kebutuhan rumah tangga mereka.

“Dari hasil penjualan ini saya bahkan bisa membangun rumah dan kebutuhan sekolah anak,” ujarnya.

Kendati meraup omzet demikian, kini biaya yang dikeluarkan Masran untuk membeli minyak goreng jauh lebih besar dari selemunya.

“Sekarang bukan mau tanya berapa, minyak memang sudah benar-benar langka dan sulit ditemukan,” kata Masran kepada cermat, Senin (21/2).

Masran bilang, dirinya biasa membeli ke pedagang dengan harga 85 ribu, kini sudah naik 120 ribu ukuran 5 liter.

“Semua usaha saya ini pakai minyak, jadi ini tentu sangat berdampak” keluh Masran.

Dampak naiknya harga minyak goreng juga dirasakan Juwari (50), seorang penjual tahu goreng di Terminal Bastiong.

Gorengan Juwari di Terminal Bastiong. Foto: Rian/JMG

Juwari mengatakan bahwa pasokan minyak goreng yang ditetapkan para distributor sangat melambung dan tak masuk akal.

“Naiknya tinggi sekali. Kami biasa beli ukuran 25 liter merek sovia ke produsen itu 300 ribu, sekarang menjadi 470 ribu,” kesal Juwari, yang sudah berjualan sejak 2003 di Ternate.

Juwari berharap ada perhatian dari pemerintah untuk menekan harga minyak goreng.

“Ya berharapnya si kembali normal dan mudah-mudahan tidak terjadi kelangkaan lagi,” pungkasnya.

——–

Rian Hidayat Husni