Cerita Warga Ukraina yang Mengungsi ke Negara Tetangga Selama Serangan Rusia

Cerita Warga Ukraina yang Mengungsi ke Negara Tetangga Selama Serangan Rusia

Nasional

Penumpang, termasuk pengungsi dari kota Sumy dan Kyiv, berjalan di sepanjang peron stasiun kereta api setibanya mereka di Lviv, Ukraina, Jumat (25/2/2022). Foto: Pavlo Pamararchuk/REUTERS

Gelombang pengungsi warga Ukraina akibat serangan Rusia terus terjadi hingga hari ketiga, Sabtu (26/2). Dikutip dari Reuters, banyak warga Ukraina yang mengungsi ke wilayah barat perbatasan, di mana lebih dari 100.000 orang telah tiba di Polandia. Banyak dari mereka yang menempuh jalur darat dengan berjalan kaki untuk mengungsi ke tempat yang aman.

Masuknya pasukan militer Rusia ke sejumlah kota-kota di Ukraina membuat warga ketakutan dan mereka memadati perbatasan Uni Eropa dengan harapan dapat memasuki Polandia, Slovakia, Rumania, dan Hungaria. Warga Ukraina yang telah selamat mengungsi menunggu dengan cemas di perbatasan menanti keluarga dan kerabat untuk bergabung dengan mereka.

“Yang paling penting adalah orang-orang selamat,” kata Katharina Asselborn, pengungsi yang telah tiba di perbatasan Polandia dan sedang menunggu saudara, tante, dan tiga anaknya dari rumah mereka di Odessa.

“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Mereka telah kehilangan rumah. Ini sangat mengerikan. 30 kilometer terakhir menuju perbatasan mereka berjalan kaki,” lanjutnya.

Seorang wanita Ukraina memberi dokumen untuk diperiksa di perbatasan Ukraina-Slovakia, di Vysne Nemecke, Slovakia, Jumat (25/2/2022). Foto: Radovan Stoklasa/REUTERS

Sementara di perbatasan Hungaria, tepatnya di kota Beregsurany, Ilona Vanga yang berusia 69 tahun juga memasuki perbatasan Uni Eropa dengan berjalan kaki, meninggalkan rumah, toko, dan berharap dapat segera kembali.

“Anak-anak saya meminta saya untuk mengungsi ke Hungaria dan mereka benar,” kata Varga.

“Tapi sangat sulit untuk meninggalkan semuanya. Saya lahir di sana, besar di sana, saya memiliki pekerjaan di sana, semuanya mengikat saya di sana,” ujarnya lagi.

Di pos perbatasan yang sama, Nataliya Ableyeva yang berusia 58 tahun membawa dua anak orang asing ke tempat yang aman, setelah petugas perbatasan mencegah ayah mereka yang memasuki usia untuk bertarung, untuk menyeberang.

Sebagaimana diketahui, pemerintah Ukraina meminta pria berusia 18-60 tahun untuk tetap tinggal dan ikut bertarung mempertahankan negara.

“Ayah mereka hanya menyerahkan dua anak itu kepada saya, dan mempercayai saya, memberikan paspor mereka untuk membawa mereka,” katanya. Kabar baiknya, dua anak itu sudah bertemu dengan ibu mereka.

Sementara di Medyka, di selatan Polandia yang jaraknya sekitar 85 kilometer dari Lviv di barat Ukraina, ribuan warga menunggu petugas untuk memproses mereka sebagai pengungsi. Kelompok wanita menyeret koper dengan anak-anak kecil berteriak “kemuliaan bagi Ukraina” saat mereka berjalan.

Antrean bertambah panjang pada siang hari di titik penyeberangan. Para pengungsi memilah tas pakaian, selimut, mainan, dan kebutuhan lain yang ditinggalkan di pinggir jalan. Warga lokal memberikan donasi berupa makanan untuk mereka yang membutuhkan dan menyiapkan meja dengan kopi panas, sementara anak-anak memberikan permen.

“Saya tiba hari ini pukul 03.00 AM dan saya sedang menunggu istri saya,” kata Taras.

“Dia menelepon saya dari Ukraina dan ada antrean mobil dan orang sepanjang 30 kilometer. Dia bilang dia tidak tahu kapan bisa menyeberang,” ungkapnya.

Keadaan Pengungsi Ukraina di Pengungsian

Warga Ukraina berjalan dengan barang-barang mereka di sepanjang jalan dekat perbatasan Hungaria-Ukraina di dekat Beregsurany, Hungaria, Jumat (25/2/2022). Foto: ATTILA KISBENEDEK/AFP

Pemerintah Polandia telah memesan 70.000 tempat tidur rumah sakit untuk mereka yang terluka dan menyiapkan kereta untuk membawa warga yang terluka dari Ukraina.

“Jika perlu, kereta akan pergi ke Mostyka (berada di seberang perbatasan) untuk menjemput mereka yang terluka dan kemudian berjalan ke Warsawa di mana yang terluka akan dibawa ke rumah sakit spesialis,” kata Menteri Dalam Negeri Polandia, Andrzej Adamcyk.

Sementara kereta api Ceko mengirim kereta spesial yang tiba lebih awal pada Sabtu di perbatasan Polandia, membawa warga Ukraina yang tinggal di Republik Ceko untuk bertemu dengan anggota keluarga mereka yang lolos dari perang.

Di kota perbatasan Ubla, Slovakia, pemerintah menempatkan pengungsi di gimnasium lokal di mana tempat tidur lipat dan kasur udara sudah disiapkan. Pemerintah juga mengumumkan akan memberikan bantuan dana kepada siapa pun yang menyiapkan tempat bagi para pengungsi.

Kementerian Dalam Negeri Slovakia mengatakan selama 24 jam terakhir, pihaknya menerima 10.526 orang di perbatasan Slovakia-Ukraina. Sebelum konflik, mereka rata-rata menerima 1.444 orang per hari.

Sementara di Rumania, Gereja Ortodoks menampung pengungsi di sebuah biara abad ke-15. Begitu tiba di kota Sighetu Marmatiei, Rumania, pengungsi bernama Natalia Zheltukahina mengaku masih tidak percaya dengan konflik yang terjadi, yang membuatnya harus mengungsi.

“Ini nyata… Tidak ada yang terhubung dengan dunia nyata yang dulu kita miliki dan itu menghancurkan,” kata Zheltukahina.

“Saya menelepon ibu saya dan dia mengatakan saat ini sedang sepi, tapi terjadi tembakan sekitar 30 menit yang lalu… Dan apa yang terjadi di Kiev… Saya sangat mencintai Kiev dan saya tidak bisa menonton berita,” pungkasnya.