ESDM Waspadai Kenaikan Harga Minyak Mentah Indonesia Imbas Konflik Rusia-Ukraina

ESDM Waspadai Kenaikan Harga Minyak Mentah Indonesia Imbas Konflik Rusia-Ukraina

Nasional

Para aktivis memegang papan berisi penolakan saat unjuk rasa terhadap aksi invasi Rusia ke Ukraina di Lafayette Square, Washington, DC (24/02/2022). Foto: Mandel Ngan/AFP

Harga minyak mentah dunia tembus rekor terbaru setelah Rusia resmi melancarkan serangan ke Ukraina. Minyak jenis Brent mencapai puncak tertinggi di USD 105 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) sempat bertengger di harga USD 100,54 per barel.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi, menyatakan tren kenaikan ini bisa berimbas kepada naiknya Indonesia Crude Price (ICP) atau harga minyak mentah Indonesia.

Agung mengatakan, ICP sejak awal pandemi atau April 2020 berada pada USD 20 per barel, kini meningkat lebih dari 4 kali lipat hingga mencapai USD 85,9 per barel di Januari 2022.

“Hari ini sebagaimana diketahui, konflik Rusia dan Ukraina, dan terjadi di tengah pandemi Covid, semakin membuat tren harga minyak yang sudah meningkat, akan semakin meningkat,” ujar Agung melalui keterangan resmi, Jumat (25/2).

Dia menambahkan, harga minyak mentah dunia hari ini makin melambung, sudah tembus di atas USD 100 per barel. “Di sisi lain. asumsi ICP dalam APBN 2022 hanya USD 63 per barel. Ini terus kita monitor dan perlu menjadi perhatian semua pihak,” jelas Agung.

Agung memastikan kenaikan harga minyak dan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung terus menjadi perhatian pemerintah. Adapun sampai saat ini, sebagian minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia masih impor.

Sebelumnya, ICP dalam 6 bulan terakhir menunjukkan tren kenaikan, dimulai pada Agustus 2021 sebesar USD 67,8 per barel dan terus meningkat tiap bulannya hingga Januari 2022. ICP pada September 2021 tercatat sebesar USD 72,2 per barel,

Kemudian Oktober 2021 naik lagi menjadi USD 81,8 per barel, sempat ada sedikit penurunan di November 2021 sebesar USD 80,1 per barel dan Desember 2021 USD 73,4 per barel, lalu Januari 2022 melesat lagi menjadi USD 85,9 per barel.

“Jika dilihat lebih jauh, kenaikan mulai terjadi pasca ICP rendah pada April 2020 sekitar USD 20 per barel,” tandas Agung.