Kasus COVID-19 Bertambah 170 Ribu Lebih Dalam 24 Jam, Korsel Minta Warga Tenang

Kasus COVID-19 Bertambah 170 Ribu Lebih Dalam 24 Jam, Korsel Minta Warga Tenang

Nasional

Sejumlah tenaga medis mengambil sampel swab masyarakat di pusat pengujian virus di Seoul, Korea Selatan, Rabu (9/2/2022). Foto: Jung Yeon-je / AFP

Kasus infeksi corona harian menembus 170 ribu orang untuk pertama kalinya di Korsel. Perdana Menteri Kim Boo-kyum lalu menyerukan ketenangan kepada warga pada Rabu (23/2/2022) di tengah kengerian itu.

Kim mengatakan, lonjakan kasus tersebut diakibatkan oleh varian Omicron yang mudah menyebar. Meski begitu, kasus infeksi serius dan jumlah kematian berada pada tingkat yang masih dapat dikendalikan. Oleh sebab itu, warga tidak perlu panik.

“Meskipun kesadaran dan penerapan aturan anti-COVID kita tidak boleh dilonggarkan, tidak ada alasan sama sekali untuk takut atau panik tentang jumlah kasus baru seperti di masa lalu,” jelas Kim, seperti dikutip dari Reuters.

Kim mempertahankan sejumlah pembatasan mobilisasi untuk membendung gelombang corona. Sejumlah ahli memperkirakan, pelonggaran aturan mungkin baru diberlakukan pada pertengahan Maret.

Para pekerja mengenakan pakaian pelindung saat menyemprotkan desinfektan untuk mencegah COVID-19 di pasar lokal di Kota Daegu, Korea Selatan, Mingg (23/2). Foto: AP Photo/Ahn Young-joon

“Penyebaran Omicron masih berpacu menuju puncaknya, tetapi setelah dipastikan bahwa kasus yang parah dan kematian dapat dikelola secara stabil, kami akan mereformasi kerangka luas kebijakan karantina anti-virus kami termasuk jarak sosial,” tambah Kim.

Kebijakan yang berlaku saat ini termasuk mandat bermasker di tempat-tempat umum, jam malam untuk restoran, dan karantina tujuh hari untuk kedatangan internasional.

Kewajiban vaksin juga diterapkan di lokasi dan acara tertentu. Selain itu, pertemuan turut dibatasi sampai enam orang hingga jam 10 malam.

Pembatasan-pembatasan yang ketat tersebut lahir ketika jumlah infeksi melonjak naik. Secara keseluruhan, Korsel telah melaporkan 2,3 juta kasus sejak awal pandemi. Otoritas kesehatan juga mendapati 7.607 total kematian.

Korsel melaporkan 171.452 kasus virus corona baru pada Selasa (22/02/2022). Angka tersebut meningkat tajam dari 99.573 pada hari sebelumnya. Sedangkan jumlah kematian menyentuh rekor tertinggi sebanyak 99 nyawa di hari yang sama.

Ilustrasi virus corona Omicron.
Foto: Shutterstock

Walau begitu, pihak berwenang menegaskan, warga tidak perlu khawatir karena varian Omicron tidak memunculkan gejala serius. Bila dibandingkan dengan varian delta, Omicron memiliki kemungkinan 75 persen lebih kecil dalam memunculkan penyakit serius maupun menyebabkan kematian.

Sebuah studi oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengkonfirmasi hal tersebut. Pihaknya meninjau sekitar 67.200 infeksi sejak Desember 2021.

Peneliti menemukan, tingkat keparahan varian Omicron hanya sebesar 0,38 persen. Sementara itu, tingkat kematian varian Omicron berada pada 0,18 persen.

Angka-angka tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat keparahan dan kematian akibat varian delta yang masing-masing mencapai 1,4 persen dan 0,7 persen.

Jumlah kematian tampaknya berasal dari pasien yang tidak divaksinasi. Penelitian itu menunjukkan, sekitar 56 persen dari 1.073 orang yang meninggal selama periode lima minggu tidak menerima vaksinasi atau hanya mendapatkan satu dosis.

Selain penduduk yang tidak divaksinasi, penduduk lanjut usia juga mencakup 94 persen dari total kematian.

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau vaksin corona untuk anak. Foto: Shutterstock

Kendati demikian, tingkat vaksinasi di Korsel cukup tinggi. Dari 52 juta penduduk Korsel, hingga lebih dari 86 persen telah menerima dua dosis. Hampir 60 persen penduduk juga telah menerima suntikan booster.

Demi segera pulih, Korsel kini turut menyasar vaksinasi pada anak-anak. Korsel telah menyetujui vaksin PFE.N COVID-19 Pfizer untuk digunakan pada anak-anak berusia 5-11 tahun.

Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak menerima sepertiga dosis biasa. Mereka akan menerima vaksinasi dua kali dengan interval selama tiga minggu. Jika kekebalan mereka menurun secara signifikan, anak-anak juga dapat mendapatkan dosis booster empat minggu kemudian.