Lawan Pasukan Muslim Chechnya, Neo-Nazi Ukraina Lumuri Peluru Pakai Lemak Babi

Lawan Pasukan Muslim Chechnya, Neo-Nazi Ukraina Lumuri Peluru Pakai Lemak Babi

Nasional

Valentyna Konstantynovska, 79 tahun, memegang senjata selama pelatihan tempur dasar untuk warga sipil, yang diselenggarakan oleh Unit Pasukan Khusus Azov, dari Garda Nasional Ukraina, di Mariupol, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Minggu, 13/2/2022 Foto: AP/Vadim Ghirda

Sebuah video unggahan Garda Nasional Ukraina menunjukkan seorang pria bermasker mencelupkan peluru ke dalam lemak babi, kemudian memasukkannya ke dalam magasin senjata.

Video ini diunggah di Twitter oleh akun resmi Garda Nasional pada hari Minggu (27/2).

Keterangan unggahan tersebut menjelaskan aksi tentara Batalion Azov tengah menyiapkan peluru untuk ditembakkan ke ‘iblis-iblis Kadyrov’, dengan melapisinya menggunakan lemak babi.

Dalam ajaran Islam, lemak babi hukumnya haram untuk dikonsumsi. Ramzon Kadyrov merupakan pemimpin pasukan Chechnya, yang sebagian besar merupakan penganut Islam.

“Saudara-saudara Muslim, di negara kami, Anda tidak akan masuk surga,” pria di video tersebut mengancam dengan tenang, sambil terus melumuri peluru.

Seorang veteran dari batalyon Pengawal Nasional Ukraina Azov melakukan pelatihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman invasi Rusia di Kyiv, Ukraina, Minggu (30/1/2022). Foto: Gleb Garanich/REUTERS

“Anda tidak akan diizinkan masuk surga. Silakan pulang. Di sini, Anda akan menemui kesulitan. Terima kasih atas perhatiannya, selamat tinggal,” ujar tentara Azov itu.

Dikutip dari VICE pada Rabu (2/3), ancaman ini diyakini ditujukan kepada tentara Muslim Chechnya.

Pada hari Sabtu (26/2), pemimpin Chechnya Ramzon Kadyrov mengatakan tentara Chechnya telah dikerahkan untuk bertempur bersama pasukan Rusia di Ukraina.

Dalam beberapa konflik masa lalu yang melibatkan pejuang Muslim, peluru berlumur lemak babi dari musuh kerap diberitakan penggunaannya sebagai wujud Islamofobia.

Azov, unit militer infanteri sayap kanan Ukraina, adalah ultranasionalis yang diduga menyembunyikan ideologi supremasi kulit putih dan neo-Nazi.

Video pejuang Azov ini menuai kritik keras karena secara terang-terangan mendukung retorika rasis sebagai bagian dari propaganda pro-militer Ukraina.Seorang veteran dari batalyon Pengawal Nasional Ukraina Azov melakukan pelatihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman invasi Rusia di Kyiv, Ukraina, Minggu (30/1/2022). Foto: Gleb Garanich/REUTERS

Tak sedikit pula pengguna media sosial yang mengecam aksi Islamofobia (rasa takut berlebihan terhadap Islam) ini.

Namun, meskipun telah dibatasi oleh Twitter atas “konten berisi kebencian,” video tersebut masih dapat diakses di platform tersebut.

Facebook, sementara itu, tengah menahan diri untuk tidak menandai konten yang melibatkan Batalion Azov.

Menurut dokumen kebijakan internal, sebagaimana dapat dilihat di The Intercept, Facebook untuk sementara waktu akan “mengizinkan konten pujian terhadap Batalion Azov ketika konten itu secara eksplisit dan eksklusif memuji peran mereka dalam membela Ukraina atau peran mereka sebagai bagian dari Garda Nasional Ukraina.”

Dengan memanasnya api konflik Rusia-Ukraina, deretan retorika dan propaganda militer kerap bermunculan di kedua sisi.

Batalion Azov secara resmi diakui sebagai bagian barisan Garda Nasional Ukraina, setelah turut berperang melawan separatis pro-Rusia pada 2014.

Seorang veteran dari batalyon Pengawal Nasional Ukraina Azov melakukan pelatihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman invasi Rusia di Kyiv, Ukraina, Minggu (30/1/2022). Foto: Gleb Garanich/REUTERS

Batalion Azov terus dituduh mendukung kepercayaan neo-Nazi dan dilaporkan masih mengenakan lambang Wolfsangel, lambang yang digunakan oleh Nazi, selama Perang Dunia II.

Nazi dan Yahudi

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali menggunakan alasan ‘de-militerisasi’ dan ‘ de-nazifikasi’ sebagai justifikasi serangannya di Ukraina.

Kadyrov, sebagai pemimpin Chechnya, pun menggaungkan dalih yang sama. Ia dan pasukannya memandang tentara Ukraina sebagai ‘Nazi’.

Klaim mereka yang melabeli Ukraina sebagai Nazi memicu amarah secara luas. Ini secara tegas dibantah pejabat Ukraina, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Zelensky adalah seorang penganut Yahudi, yang kabarnya telah kehilangan anggota keluarganya di tangan kejam Nazi dalam tragedi Holocaust.

Reporter: Airin Sukono