Melihat Kecerian Perayaan Imlek Multikultur di Ubaya

Nasional

Dalam rangka merayakan Tahun Baru Imlek, Kelompok Studi Psikologi Bencana (KSPB) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) menggelar semarak Imlek di Gedung PC lantai 3, Kampus II Ubaya Tenggilis secara hybrid.

Dalam kegiatan ini diwarnai dengan empat theme table imlek termasuk permainan tradisional Tionghoa yang sudah hampir dilupakan.

Listyo Yuwanto S.Psi., M.Psi., Koordinator Kelompok Studi Psikologi Bencana, mengatakan, bahwa masa-masa pandemi membuat refleksi kembali terkait makna Tahun Baru Imlek.

Ia menjelaskan bahwa pemaknaan itu memunculkan tema ‘Kesederhanaan dan Keberkahan’ yang dibawa pada Festival Kampung Tionghoa 2022 kali ini.

“Kesederhanaan karena kita masih berada dalam masa sulit, dan keberkahan karena walaupun masa sulit tetap ada hal yang masih didapat,” ucapnya, Selasa (1/2).

Pada kegiatan Festival Kampung Tionghoa 2022 ini, panitia sudah menyediakan berbagai aktivitas dan tradisi untuk mengenang semarak Tahun Baru Imlek. Beberapa di antaranya adalah aktivitas membuat bunga teratai dari kertas sembahyang.

“Pembuatan bunga teratai ini sebagai bentuk keberkahan dan kesehatan untuk pembuatnya, untuk hiasan juga dan sebagainya,” tuturnya.

Terkait empat theme table yang menghiasi semarak perayaan Festival Kampung Tionghoa 2022, Listyo menjelaskan, theme table pertama membawa nuansa keceriaan Imlek, lengkap dengan pagoda berwarna merah serta nuansa Imlek yang kental pun sangat kerasa.

Tak lupa barongsai, dan berbagai aktivitas yang umumnya dilaksanakan waktu tahun baru Imlek, theme table ini pun membawa kesan semarak yang megah.

“Pecinan ramai aktivitas imlek, ada barongsai, makanan malam Imlek, pasar malam dan ada tempat sembahyang untuk leluhur,” jelasnya.

Theme table kedua bernuansa makanan, dan memiliki bau sedap yang semerbak di seluruh ruangan. Dengan warna merahnya, theme table ini terdapat dimsum, kue ku (kue tempurung kura-kura merah), mie, kue kukus, tiga buah jeruk, ikan bandeng, permen, serta manisan segi delapan.

“Mengenalkan apa tradisi makanan saat imlek. Mie contohnya, berarti doa, panjang umur, kebahagiaan, serta kesuburan bagi yang belum punya anak. Manisan segi delapan menggambarkan hidup, ada manis asam asin kecut, macam-macam. Simbol kehidupan. Kalau makan manisan itu dipercaya panjang umur dan mengingatkan ragamnya tantangan dalam hidup,” terang Listyo.

Ketiga yakni tradisi sembahyang leluhur Imlek yang jdiwarnai dengan beberapa kertas doa, dupa hio berbagai warna, kacang kwaci, serta ornamen lain seperti bunga teratai yang disusun menggunakan keras doa.

“Karena imlek itu momen untuk berdoa bersama keluarga, mengirimkan doa untuk leluhur. Jadi generasi muda yang mungkin sudah lupa ya jadi tahu,” tambahnya.

Terakhir adalah theme table yang bernuansakan Indonesia dengan mengangkat nilai multikultur. “Poinnya di akulturasi budaya, karena tradisi tionghoa sudah menyatu di masyarakat jawa,” terang Listyo.

Tema multikultur ini pun menghadirkan suasana seperti di Jogja, serta juga beberapa tempat yang sudah kental dengan nuansa Tionghoa yang bercampur baur dengan budaya Lokal. Karena itu pada theme table ini dibawakan figur-figur tentara dan beberapa bawaan lokal yang dimiliki.

Selain itu pada Festival Kampung Tionghoa 2022 ini juga terdapat dua permainan tradisional Tionghoa yang mengedepankan strategi dan melatih decision making, yakni: Luzhanqi dan Xianqi.

Luzhanqi yang juga diterjemahkan sebagai Catur Peperangan Darat (Land Battle Chess) adalah permainan board game untuk dua orang. Dalam permainan Luzhanqi, setiap pemain memiliki 25 bidak dengan beberapa jabatan masing-masing, dengan terjemahan serupa di Indonesia seperti Panglima tertinggi, Jenderal, Mayor Jenderal, Brigadir Jenderal, Kolonel, Mayor, Kapten, Letnan, hingga ranjau dan sebagainya.

Permainan ini pun dibuat semakin kompleks dengan adanya beberapa medan yang ada di papan permainan, seperti: Gunung (yang tidak boleh dilewati lebih dari dua jarak) ataupun Tempat Perkemahan (yang berarti bidak dalam posisi tersebut tidak bisa diserang), dan banyak tempat lainnya. Medan-medan ini diberi simbol yang berbeda di papan.

Permainan ini cukup unik karena oposisi tidak benar-benar mengetahui posisi bidak lawan karena nature bentuk permainan ini yang sifatnya tertutup. Bidak hanya menghadap pada pemain, sementara para pemain tidak mengetahui nama bidak lawan, sehingga permainan ini setingkat lebih kompleks dibanding dengan catur. Selain harus memikirkan strategi, ia juga harus mengingat jenis bidak lawan pada satu tempat tertentu.

Sementara Xiangqi atau dikenal dalam bahasa inggris sebagai “Elephant chess” atau catur gajah juga dimainkan oleh dua orang. Seringkali diserupakan dengan shogi dan sejenisnya, catur ini pun terkenal di Vietnam dan Singapura. Catur ini merepresentasikan pertarungan antara dua pasukan, dengan tujuan utama untuk mengambil bidak Jenderal lawan (setara Raja pada catur). Bidak pun bermacam-macam, ada Meriam dengan cara gerak yang bisa menyerang lurus (seperti Benteng pada catur), serta beberapa lainnya.

Leave a Reply