Meski Kasus Aktif Corona Tinggi, Pemda Lembata Tetap Gelar Festival Budaya

Meski Kasus Aktif Corona Tinggi, Pemda Lembata Tetap Gelar Festival Budaya

Nasional

Kegiatan Festival Eksplorasi Budaya Lembata yang menciptakan kerumunan. Foto : T. Aloysius Bestol

LEMBATA – Sudah sebanyak 42 orang warga di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpapar COVID-19.

Menurut PLT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Gabriel Bala Warat, puluhan warga yang terkonfirmasi positif Corona itu tersebar di sembilan kecamatan.

Dominasi kasus aktif COVID-19 yang paling tinggi, kata Gabriel, berasal dari Kecamatan Nubatukan, Kota Lewoleba.

“Berdasarkan data tadi malam saya terima itu ada 42 orang positif COVID-19,” katanya kepada media disela sela kegiatan Konsultasi Publik Pemda Lembata di Hotel Palem Lewoleba, Selasa (22/2).

Sebagian besar dari para pasien ini juga dilaporkan melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun, tidak sedikit juga yang diisolasi di ruangan Isolasi RSUD Lewoleba.

“Posisi dari hari Jumat itu sudah ada 10 orang di isolasi RSUD Lewoleba, termasuk ada pejabat ASN,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, meskipun separuh dari warga Lembata sudah menerima vaksinasi dosis satu dan dua tapi potensi untuk terpapar COVID-19 masih terbuka.

Hal tersebut akan terjadi kalau masing-masing orang tidak melakukan perjalanan ke luar daerah atau melakukan aktifitas yang menimbulkan kerumunan.

“Cakupan vaksinasi dosis I sudah 85%, dosis II sudah 48%, khusus untuk Lansia 67%, Remaja 98%, Anak-anak sekitar 50%,” terangnya.

Dalam waktu dekat, Pemda Lembata melalui Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait akan melakukan pengetatan di beberapa titik yang menjadi akses keluar masuk orang.

“Seperti pelabuhan, bandara dan lainnya, apalagi menjelang Paskah dan Idul Fitri,” jelasnya.

Terhadap tingginya kasus orang terpapar COVID-19 ini memantik beragam tanggapan dari berbagai pihak.

Sebut saja, Dominikus Karangora, Pemerhati Sosial wilayah Lembata. Menurut dia, Pemda Lembata terlalu berleha-leha menangani masalah COVID-19.

“Vaksin tidak bisa menjamin orang bebas dari COVID-19. Pemda harus tahu itu,” terang Dominikus ketika dikonfirmasi media, Selasa (22/2).

Dominikus mengatakan, saat ini Pemda Lembata tengah menggelar kegiatan Akbar Eksplorasi Budaya Lembata atau dikenal dengan Sare Dame yang mana selalu mengumpulkan orang dalam jumlah banyak.

Hal semacam itu, tegasnya, sudah sama dengan menciptakan bumerang untuk membunuh masyarakat.

Karena itu, lanjutnya, Pemda harus bisa berikan semacam garansi bahwa jika ada warga yang terjangkit Corona saat pelaksanaan event budaya itu maka Pemda sendiri yang harus mengurusnya.

“Dari pada uang Rp 2.5 miliar itu digunakan untuk hal yang tidak begitu urgen, lebih baik dipaki untuk belanja APD, urus pasien COVID-19 dan kebutuhan nakes yang melayani pasien positif,” tegasnya.