Nonton Jumanji Berujung Kekerasan Seksual, Empat Mahasiswi Diduga Jadi Korban

Nonton Jumanji Berujung Kekerasan Seksual, Empat Mahasiswi Diduga Jadi Korban

Nasional

UNY Student Center. Foto: Widi Erha

Semula hanya nonton film Jumanji. Maryam tak pernah menduga kalau seniornya akan tega melakukan kekerasan seksual kepadanya. Seniornya ini sahabat baik pacar Maryam. Dan saking dekatnya Maryam dan seniornya sudah seperti kakak dan adik.

“Aku lupa tanggal pastinya. Tapi waktu itu ada momen rapat bulanan, seingatku sih tanggal 27 Januari 2021,” kata Maryam pelan memulai ceritanya. Tentu saja, Maryam bukan nama sebenarnya.

Kalimat kedua hendak dimulai, tapi Maryam mulai menundukkan kepala dan meneteskan air mata. Maryam tampak ragu untuk kembali bercerita.

Maryam bercerita pada tim kolaborasi wartawan Jogja pada Rabu, 9 Februari 2022. Kisah yang ia sampaikan merupakan pengulangan dengan beberapa tambahan detail atas kisah yang telah ia laporkan kepada seorang dosen dan seorang pendamping di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), pada Rabu 26 Januari 2022. Tim kolaborasi juga mendapatkan rekaman pelaporan Maryam tersebut.

Maryam adalah mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2018. Dia aktif di sebuah organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat universitas sejak tahun pertama jadi mahasiswa. Dan R, seniornya, terduga pelaku kekerasan seksual padanya, pada saat kejadian, menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO).

Paska pelaporan Maryam, otoritas kampus sudah menindaklanjuti dan memberikan sanksi kepada R berupa penundaan kelulusan. Nama R yang mestinya mengisi daftar mahasiswa yang yudisium pada Januari 2022, dicoret.

Teman-temannya di UKM mengetahui pelaporan Maryam ke otoritas kampus pada 26 Januari itu. Namun, alih-alih memberikan dukungan moril, sejumlah anggota justru berusaha menyudutkan Maryam dan membuat cerita seolah dia yang bersalah.

“Kata mereka, sebenarnya aku dan R tuh udah niat mau mesum. Tapi karena ketahuan dan aku gak pingin malu, aku dibilang ngaku-ngaku dilecehin,” ujarnya dengan pandangan terus menghadap ke pangkuannya.

Ilustrasi kekerasan seksual. Foto: Pixabay

Teman-teman di organisasinya menuduh kalau Maryam dan R memang saling suka. Tak sampai di situ, ada juga anggota yang mengatakan kalau Maryam memang sudah berniat untuk mempermalukan R dan organisasi. Ada juga yang berusaha mendesak Maryam untuk mencabut laporannya. Pesan-pesan bernada manipulatif dan victim blaming juga dia dapatkan. Seperti, “Kalau pelaku nekat terus lakuin hal-hal buruk di luar sana gimana?” atau “Kamu tega mau hancurin masa depannya?”.

Pihak organisasi memang telah memberikan sanksi kepada pelaku dengan mencabut keanggotaannya. Tapi hal itu ternyata tidak berdampak besar. Maryam masih sering melihat batang hidung R di kampus, terutama ketika organisasinya sedang mengadakan latihan.

“Diselesaikan secara internal aja. Jaga nama baik UKM,” kata Maryam menirukan ucapan-ucapan yang ia terima dari beberapa teman di UKM.

Yang tak diketahui dan tak mau diketahui oleh teman-temannya di UKM, meski sudah berlangsung setahun yang lalu, tapi kejadian itu masih terus membekas di benaknya. Maryam jadi sering takut keluar sendiri, apalagi jika bertemu orang asing yang tidak terlalu dia kenal.

“Aku mulai takut untuk keluar. Aku takut ketemu cowok. Aku juga hilang kepercayaan sama orang lain. Ini tuh membekas banget!” lanjut Maryam.

Bermula dari Rapat, Berakhir dengan Kekerasan Seksual

Foto: Widi Erha Pradana

Peristiwa itu bermula ketika organisasinya mengadakan rapat bulanan yang diadakan secara daring dan luring pada akhir Januari 2021, pagi menjelang siang. Maryam sebenarnya sudah mengikuti rapat secara daring melalui kamar kosnya di daerah Karang Malang.

Namun, tiba-tiba R menghubunginya, meminta Maryam untuk mengikuti rapat secara luring di rumah salah seorang alumni di Mlati, Sleman. Rumah itu memang kerap digunakan untuk rapat para pengurus organisasi karena memiliki teras yang cukup luas. Di rumah itu, alumninya hanya tinggal berdua dengan istrinya, sehingga leluasa untuk dijadikan tempat rapat.

“Awalnya sih aku mager (malas gerak), karena rapat sepertinya juga sudah mau selesai juga, jadi ngapain ke sana,” ujarnya.

Namun karena R terus membujuk, Maryam tak enak hati. Apalagi R adalah sosok senior yang cukup dia hormati, layaknya kakaknya sendiri. Tanpa menaruh curiga, Maryam mengiyakan untuk menghadiri rapat luring dan dijemput oleh R di indekosnya. Selepas zuhur, Maryam dan R tiba di rumah alumni yang dijadikan tempat untuk rapat. Saat itu, masih cukup banyak pengurus di rumah alumninya yang sedang mengikuti rapat.

Ketika rapat selesai, Maryam meminta R untuk mengantarnya pulang ke indekosnya. Tapi karena saat itu masih ada beberapa alumni, R menolak dengan alasan tidak enak dengan senior-senior mereka. R meminta Maryam untuk pulang setelah para alumni dan senior pulang lebih dulu.

Sembari menunggu para seniornya pulang, Maryam masuk ke rumah untuk menonton drama Korea di ruang tamu. Namun hingga adzan Maghrib terdengar, R dan para alumni ternyata masih asyik mengobrol di teras rumah.

Tak berselang lama, R tiba-tiba ikut masuk ke ruang tamu dan mengajak Maryam nonton bareng. Dipilihlah film Jumanji untuk mereka tonton berdua. Karena memang sudah cukup dekat, biasa bercanda dan nonton film bareng, apalagi Maryam sudah menganggap R sebagai kakaknya sendiri, dia sama sekali tidak berpikir macam-macam dengan R.

“Kita pun nonton film yang biasa aja kan. Jumanji lho, bukan film yang aneh-aneh (film porno),” lanjutnya. Di bagian ini, Maryam bercerita dengan nada tinggi, mulai tampak marah.

Di tengah menonton film, gawai Maryam yang sedang digunakan untuk menonton low bat. R kemudian keluar untuk meminjamm power bank ke alumni yang masih berada di teras. Namun ketika masuk kembali ke ruang tamu, R menutup gorden jendela dan mematikan lampu.

“Aku masih belum mikir aneh-aneh. Pikirku, karena sudah gelap makanya tirai jendela ditutup. Soal lampu dimatiin, aku sih waktu itu mikirnya biar fokus aja nontonnya,” ujarnya.

Para senior dan alumni serta istrinya, pemilik rumah, sepertinya juga tak menaruh curiga. Karena Maryam dan R memang sudah terkenal dekat layaknya kakak dan adik. Apalagi R adalah sahabat baik kekasih Maryam.

Setelah lampu dimatikan, Maryam dan R kembali menonton film seperti semula. Saat itulah Maryam mulai mencium gelagat mencurigakan dari R. Misalnya R mulai memegang-megang kepala Maryam. Tak sampai di situ, R juga mulai memegangi telinga Maryam yang membuatnya makin merasa risih, namun Maryam tak enak hati untuk menegur, dia hanya bisa menjauhkan kepalanya dari R.

Namun R tak memedulikan penolakan Maryam. R justru makin berani, dia mulai memegang-megang punggung Maryam bahkan mulai menyentuh bagian sensitifnya. Maryam panik. Tubuhnya tiba-tiba tertahan, kaku, sulit digerakkan, seperti membeku. Di sisi lain, R terus mencoba melecehkan Maryam. Tangannya sudah masuk ke kaos Maryam.

Ketika tubuh Maryam masih kaku, R mencoba memaksa Maryam untuk berciuman. Maryam hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, karena sekujur tubuhnya masih terasa kaku. Sementara tangannya makin berani, bahkan sudah masuk ke kaos yang dipakai Maryam.

“Aku makin takut. Sampai akhirnya, begitu tenagaku udah terkumpul, aku bisa menepis tangannya dan dia berhenti melakukan tindakannya itu,” kata dia.

Maryam ingin menangis, tapi di teras masih ada beberapa seniornya. Hingga akhirnya Maryam meminta salah seorang alumni untuk mengantarnya pulang saat itu juga. R sempat menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi Maryam menolaknya mentah-mentah. Dalam perjalanan pulang, air mata Maryam tumpah.

“Sambil nangis, aku mulai berani ceritain semuanya (kepada alumni). Aku cerita kalau aku tadi dilecehin sama Mas R,” ujar Maryam.

Dari Pelaku yang Sama, Korban Diduga Berjumlah Empat Orang

Sehari setelah kejadian itu, R sempat meminta bertemu dengan Maryam, bahkan sudah datang ke indekosnya. Namun karena masih takut, Maryam menolak ajakan bertemu itu.

“Akhirnya dia chat, yang isinya selain minta maaf juga tanya, ada orang lain yang tahu enggak soal kejadian semalam,” ujarnya.

Beberapa hari berselang, organisasinya mengadakan rapat terbatas untuk membahas kasus yang dia alami. Dalam proses penyelesaian kasus tersebut, Maryam mengatakan kalau ada dua orang anggota lain yang mengaku jadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh R. Dalam perjalanan kasus tersebut, Maryam juga mendapatkan informasi bahwa ada satu korban lagi yang berasal dari sebuah organisasi mahasiswa daerah (Ormada). Maryam juga mengaku kalau dia sering membahas kasus yang dia alami dengan temannya yang juga jadi korban, namun belakangan korban lain memilih untuk mencoba melupakan kasus tersebut.

“Setahuku sampai hari ini korban dari pelaku udah empat orang. Tiga dari UKM-ku, yang satu lainnya dari Ormada.”

Saat ini, Maryam sedang berusaha untuk bisa hidup normal lagi, lepas dari semua trauma yang telah menghantuinya selama setahun lebih. Kepada pihak kampus, dia berharap adanya pendampingan hukum dan pendampingan psikologi untuk memulihkan kondisi mentalnya.

“Buat pelaku, aku mau dia di-DO. Dikeluarin. Jadi, dua bulan lagi dia lulus. Minimal selama kasus ini masih berlanjut, kelulusan dia ditunda dulu,” kata Maryam, nada suaranya bergetar.

Pelaku Tak Hanya Satu di Internal Organisasi

Foto: Widi Erha Pradana

Tim kolaborasi telah berusaha menghubungi ketua organisasi periode 2021 UKM yang diikuti oleh Maryam dan pelaku. Yang bersangkutan sempat merespons dan kami sempat membuat janji untuk wawancara. Namun ketika hari pertemuan yang ditentukan tiba, yang bersangkutan tidak hadir di lokasi yang telah disepakati. Tim terus mencoba menghubungi pihak bersangkutan, namun sampai liputan ini dipublikasikan yang bersangkutan tidak memberikan respons.

Tim akhirnya berhasil menemui salah seorang pengurus organisasi tersebut yang bersedia untuk memberikan keterangan tanpa menyebutkan identitas terangnya. Informan tersebut membenarkan bahwa saat ini ada tiga anggota organisasi yang jadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh R.

“Setahu saya sampai sekarang ada tiga yang speak up, termasuk Maryam. Kemungkinan masih ada yang lain,” kata informan tersebut.

Tak sampai di situ, menurutnya, pelaku pelecehan seksual di dalam organisasi tersebut tak cuma R. Saat ini, menurut keterangannya, ada dua anggota organisasi yang telah diberi sanksi berupa penghapusan hak-hak sebagai anggota. Kendati demikian, sanksi tersebut ternyata tak memberikan dampak serius. Beberapa kali, informan mendapati pelaku masih menghadiri kegiatan-kegiatan organisasi.

Dia juga mengatakan bahwa bercandaan-bercandaan yang menjurus ke arah pelecehan seksual di organisasinya sudah seperti dianggap wajar, baik dalam bentuk verbal maupun yang sudah mengarah ke kontak fisik.

“Sebenarnya banyak cewek-cewek yang risih, cuma enggak berani ngomong,” lanjutnya.

Informan kami mengamini bahwa selama ini pengurus organisasi memang cenderung mencoba untuk menutupi setiap kasus kekerasan seksual yang terjadi di dalam lembaga. Pengurus berusaha supaya sebisa mungkin kasus-kasus tersebut tidak terendus oleh pihak luar demi menjaga nama baik organisasi. Apalagi saat ini organisasi tersebut sedang menyiapkan salah satu event yang cukup besar dan bergengsi.

“Jangankan pihak luar, teman-teman internal saja banyak yang enggak tahu. Setiap anggota dilarang membahas kasus ini, karena dirasa kasusnya sudah tuntas,” kata dia.

=========

Artikel ini adalah liputan kolaborasi antara Pandangan Jogja, Harian Jogja, Philosofis Online, serta Merdeka.Com. Jika Anda mengalami kekerasan seksual di Yogyakarta, ada beberapa pihak yang bisa dihubungi mulai dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3Ap2) DIY, Rifka Annisa WCC (085799057765, 085100431298), atau hubungi Komnas Perempuan (021-3903963).