Peneliti Sebut Inti Bumi Mendingin Lebih Cepat, Apakah Berbahaya?

Nasional

Ilustrasi inti dan lapisan bumi. Foto: Shutterstock

Peneliti baru-baru ini mendapat petunjuk bahwa pendinginan inti Bumi terjadi lebih cepat dari yang sebelumnya diestimasi.

Secara sederhana, Bumi adalah bola yang memiliki beberapa lapisan. Inti bumi yang meleleh dan menghasilkan panas, kemudian mantel, dan terakhir ada kerak Bumi di mana kita berdiri saat ini.

Panas inti berasal dari sisa pembentukan Bumi pada 4,6 miliar tahun yang lalu, ditambah beberapa sumber panas lain yang semakin mendingin dan suatu saat akan berhenti menghasilkan panas.

Panas tersebut secara konsisten terus ditransfer ke sisi luar Bumi, melalui mantel, lalu sampai ke kerak Bumi. Panas ini mengendalikan dinamika di lempeng tektonik, bahkan gunung api. Ditambah dengan energi geothermal, bisa disimpulkan bahwa inti Bumi adalah sumber energi bagi yang tinggal di permukaan.

Ilustrasi Bumi. Foto: NASA

Sebelum ke mantel, energi dari inti akan melewati antara lapisan luar inti besi-nikel, dan lapisan mantel yang meleleh di atasnya. Lapisan atau batas ini sering disebut brigmanite. Seberapa cepat brigmanite mengantarkan panas akan memberi petunjuk seberapa cepat panas dari inti ditransfer.

Lapisan tersebut yang kemudian dimanfaatkan oleh tim ilmuwan gabungan yang dipimpin oleh Motohiko Murakami dari ETH Zürich dalam penelitiannya. Mereka menggunakan konduktivitas kristal bridgmanite untuk mengetahui seberapa cepat perpindahan panas dari inti ke mantel bumi.

Kristal bridgmanite ini ditempatkan di kondisi yang identik dengan lapisan bridgmanite tadi. Motohiko Murakami dan kolega memanaskan kristal sampai temperature 2.440 Kelvin atau 2,166 derajat Celsius, dan diberi tekanan mencapai 80 gigapascal atau setara 8.000 kali tekanan di kedalaman laut 1 km.

Dalam kondisi seperti itu, peneliti mencari tahu konduktivitas panas kristal. Konduktivitas panas adalah kemampuan seberapa baik suatu material mengantarkan panas. Semakin tinggi konduktivitas, semakin bagus suatu material dalam mengantarkan panas.

Peneliti menemukan bahwa konduktivitas bridgmanite 1,5 kali lebih tinggi dari yang estimasi sebelumnya.

Ilustrasi Bumi. Foto: NASA

“Sistem pengukuran ini menunjukkan kepada kita bahwa konduktivitas panas dari bridgmanite adalah 1,5 kali lebih tinggi dari yang diasumsikan” ujar Murakami dalam pernyataan resminya, seperti dikutip ScienceAlert.

Apa yang terjadi ketika inti Bumi mendingin? Planet kita tidak hanya kehilangan sumber panas internalnya, tapi juga kehilangan medan magnet.

“Pendinginan interior Bumi (khususnya lapisan inti luar) jelas akan mempengaruhi medan magnet Bumi, sebab gerak konveksi dari besi cair di inti bagian luar dipercaya dapat menghasilkan medan magnet berdasarkan teori dinamo” jelas Motohiko kepada kumparanSAINS, Rabu (19/1).

Motohiko menambahkan, ketika inti Bumi terus mendingin, inti akan menjadi padat dan sudah dipastikan medan magnet Bumi akan hilang.

Medan magnet adalah perisai Bumi dari radiasi Matahari. Hilangnya medan magnet ini tentu akan membahayakan bentuk kehidupan di Bumi. Dengan inti yang mendingin dan membatu, maka Bumi mungkin akan seperti Merkurius dan Mars.

“Hasil (riset) ini memberi kita perspektif baru terhadap evolusi dinamika Bumi. Mereka (data hasil risetnya) menyugesti bahwa Bumi, layaknya planet berbatu Merkurius dan Mars, semakin dingin dan menjadi tidak aktif lebih cepat dari ekspektasi.”- Motohiko Murakami, Peneliti dari ETH Zürich

Kapan itu akan terjadi? Motohiko menjelaskan kepada kumparanSAINS bahwa tidak bisa dipastikan kapan pastinya inti bumi akan mendingin dan menjadi padat, sangat sulit untuk memprediksinya. Namun dilansir dari National Geographic, inti Bumi akan terus mengeluarkan panas sampai 91 miliar tahun ke depan.

Artinya, meskipun jangka waktu ini dipercepat 50 persen, tetap terlalu lama untuk skala manusia. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk saat ini.

Leave a Reply