Survei KedaiKOPI: Kombinasi Capres Jawa-Cawapres Luar Jawa Banyak Didukung

Survei KedaiKOPI: Kombinasi Capres Jawa-Cawapres Luar Jawa Banyak Didukung

Nasional

Kunto A Wibowo direktur eksekutif Lembaga Survei kedaiKOPI, saat konpers di Hotel Grand Sahid Jaya. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan

Lembaga survei KedaiKOPI kembali menggelar survei terkait Pilpres 2024. Survei kali ini bertajuk “Peluang dari Luar Jawa”. Survei yang dirilis pada Rabu (9/2) ini merupakan kelanjutan dari survei sebelumnya yang digelar pada November 2021.

Dalam survei terakhir ada 61 persen responden ingin memilih calon presiden dari luar Jawa. Sehingga digelar kembali survei dengan kemungkinan kombinasi capres-cawapres yang berasal dari Jawa dan luar Jawa.

Kedai KOPI menyebut survei kali ini diselenggarakan pada 17-24 Januari 2022 dengan metode Face to Face Interview (Computer Assisted Personal Interviewing). Jumlah responden 1.201 orang yang berada di 34 provinsi. Error Sampling dari survei ini sebesar kurang lebih 2.83% dengan tingkat kepercayaan 95.0%.

“Ketika dipertajam melalui survei bulan Januari 2022, pemilih masih 50-50 menilai bahwa peluang capres dari luar Jawa besar, sedangkan 58,3% mengatakan calon dari luar Jawa berpeluang besar untuk menjadi wakil presiden,” tutur Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo.

Kunto mengatakan karena calon pemimpin dari luar Jawa didominasi oleh para gubernur maka Lembaga Survei KedaiKOPI mencoba menanyakan kinerja dari para gubernur yang berpotensi menjadi pemimpin Indonesia di 2024.

“Kami menanyakan terkait kinerja gubernur, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah dipersepsi sebagai gubernur di daerah Indonesia Timur yang paling memiliki kinerja baik, mulai dari penanganan COVID-19, pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan keamanan,” kata Kunto.

“Sedangkan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi merupakan Gubernur di daerah Indonesia Barat non Pulau Jawa yang dipersepsi punya kinerja yang bagus,” tambah dia.

Sementara di Pulau Jawa, kata Kunto, Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta unggul dalam kinerjanya untuk menangani COVID-19, transportasi umum, pendidikan, dan kesehatan.

“Sedangkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada survei yang dilakukan sebelum terjadinya peristiwa ‘wadas melawan’, dianggap berkinerja baik dalam mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, keamanan, dan pencegahan dan pemberantasan korupsi,” kata Kunto.

Terkait elektabilitas capres berdasarkan kelompok gubernur, Kunto menyebut Zulkieflimansyah sebagai salah satu calon potensial yang berasal dari luar Jawa juga unggul di wilayah Indonesia Timur dengan elektabilitas 42,6%. Sedangkan dari wilayah barat non-Jawa nama Edy Rahmayadi mengantongi elektabilitas tertinggi dengan 35,5%.

Sementara untuk elektabilitas capres dari gubernur di Pulau Jawa nama Ganjar dan Anies menjadi yang tertinggi. Ganjar Pranowo membukukan elektabilitas 39,2%, sementara Anies Baswedan elektabilitasnya 33,9%.

Menurut Kunto data survei juga menggambarkan kombinasi capres dari Jawa dan cawapres dari luar Jawa akan lebih banyak didukung oleh pemilih dengan beragam alasan.

“Alasan responden dalam memilih kombinasi tersebut adalah pemerataan pembangunan, keseimbangan kekuasaan, dan memberi kesempatan bagi mereka yang di luar Jawa. Namun kombinasi pasangan dengan capres dari luar Jawa cenderung lebih sedikit didukung oleh pemilih dibandingkan dengan pasangan yang memiliki capres dari Jawa,” kata Kunto.