Tiga Daerah di Jatim Sukses Tekan Stunting di Bawah Angka 20%, Ini Caranya

Tiga Daerah di Jatim Sukses Tekan Stunting di Bawah Angka 20%, Ini Caranya

Nasional

Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra

Saat ini, kasus stunting di Indonesia masih terus menjadi perhatian banyak pihak. Bahkan tahun 2024 mendatang, Presiden Jokowi menargetkan penurunan angka stunting secara nasional menjadi 14 persen.

Di Jawa Timur sendiri, setidaknya sudah ada 3 Kota/Kabupaten yang telah sukses menekan angka stunting lewat beragam trobosan dan inovasi. Ketiga daerah tersebut adalah Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Ngawi, dan Kota Batu.

Penurunan angka stunting di Kabupaten Trenggalek

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin mengatakan, jika mulanya Trenggalek masuk ke dalam zona merah dengan kasus stunting di angka 36 persen. Namun, selama 2 tahun terakhir, kasus stunting turun menjadi 18 persen dan Kabupaten Trenggalek masuk ke dalam zona hijau.

“Salah satu inovasi yang kota lakukan melalui timbang kepada seluruh balita. Kita yakin tahun depan bisa di bawah angka 10 persen,” kata Gus Ipin dalam sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI), Kamis (3/3).

Selain timbang rutin, Pemkab Trenggalek juga melakukan 3 hal untuk menekan angka stunting. Yakni layar lingkungan, keluarga dan individu.

“Lewat Adipura desa bisa meningkatkan kualitas lingkugan, air bersih. Kedua jamban, ibu-ibu di sana (Trenggalek) sekarang berlomba-lomba membuat jamban. Keluarga macam-macam, kalau perlu diberikan dorongan tambahan penghasilan, ada program sehat dibayar. Kalau kamu mau sehat kita bayari dan dikasih insentif,” jelasnya.

Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra

Penurunan angka stunting di Kabupaten Ngawi

Selain Trenggalek, Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono mengungkapkan, jika pada 2018 angka stunting di Ngawi sekitar 34 persen, dan saat ini sudah turun menjadi 16,2 persen.

Berbagai upaya yang dilakukan yakni program Restu Ibu. Program ini memberikan intervensi untuk percepatan penanggulangan gizi buruk dan stunting.

“Dalam Restu Ibu, semua dibagi rata untuk menjadi orang tua asuh bagi ibu hamil. Secara berkala ada pendampingan. Setiap kehamilan di Kabupaten Ngawi dipastikan bahwa asupan gizi, nutrisi pada ibu hamil diberikan tanggung jawab kepada ASN. Supaya memastikan kecukupan gizi dan nutrisi kepada ibu hamil itu tercukupi,” ungkap Ony.

Selain itu ada pula profram Subuh Bergerak setiap Jumat. Pihaknya melihat bagaimana penanganan stunting gizi buruk di posyandu. Lalu bagaimana melihat RT-nya, pendamping asuh dan lainnya.

“Kita laksanakan evaluasi monitoring mulai subuh selepas jamaah. Alhamdulillah Ngawi signifikan penurunannya, sekarang 16,2 persen. Kami berharap sinergi pemerintah pusat, provinsi dan daerah dengan RAN Pasti ini bersinergi akan lebih detail lagi pada hal-hal target nasional 14 persen. Saya rasa itu bisa laksanakan,” jelasnya.

Penurunan angka stunting di Kota Batu

Terkahir yakni Kota Batu. Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko mengungkapkan, jika beberapa tahun angka stunting di daerah yang ia pimpin mencapai 30 persen.

“Alhamdulillah setelah 5 tahun progres hingga sekarang turun di angka 15 persen. Ada beberapa hal yang kami lakukan sebelumnya, bukan saja ibu hamil, tapi remaja,” ucapnya.

Dalam programnya, setiap remaja perempuan yang duduk di bangku SMA diberikan pil tambah darah setiap bulannya.

Selain pelajar SMA, pihaknya juga memberikan pembekalan kepada para remaja yang akan menikah. Dalam hal ini Pemkot Batu bekerja sama dengan departemen agama untuk .emberikan pembekalan terkait bagaimana menjadi orang tua yang baik.

“Saat hamil juga kita pantau terus hingga melahirkan. Kemudian kita juga memberikan penetrasi seluruh proses perkembangan manusia. Setelah lahir bagaimana di posyandu sampai sebelum 2 tahun bahwa itu masa keemasan anak,” pungkasnya.