BMKG Peringatkan Bandara Ngurah Rai Rawan Gempa dan Tsunami

BMKG Peringatkan Bandara Ngurah Rai Rawan Gempa dan Tsunami

Nasional

Pekerja melintas di area Terminal Internasional yang lengang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (2/2/2022). Foto: Fikri Yusuf/Antara Foto

BMKG mengungkap Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, termasuk lokasi rawan bencana gempa bumi termasuk tsunami. Sebab sewaktu-waktu bencana itu dapat menghantam Bandara Ngurah Rai.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, keberadaan Bandara Ngurah Rai sangat vital bagi Indonesia karena merupakan pintu masuk utama bagi para wisatawan dari berbagai negara.

Selain itu, Bali merupakan salah satu destinasi wisata andalan Indonesia dan menjadi favorit wisatawan dunia. Kemudian berbagai agenda internasional sering diadakan di pulau tersebut.

“Jarak bandara dengan bibir pantai 0 meter dan ini sangat berpotensi besar tersapu tsunami jika sewaktu-waktu gempa besar melanda Bali,” kata Dwikorita dalam keterangannya, Kamis (10/2).

Penumpang pesawat berjalan di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (24/12/2021). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO

Dwikorita memaparkan, ada tiga cara yang dilakukan BMKG untuk mengantisipasi ancaman bencana gempa hingga tsunami di Bandara Ngurah Rai.

Pertama, meningkatkan akurasi pemodelan terkait dengan bahaya Tsunami karena bandara ini berada di pesisir pantai yang berhadapan dengan sumber gempa berpotensi tsunami atau megathrust selatan Bali.

Kedua, dengan memasang sistem penerima informasi gempa bumi dan tsunami atau WRS New Generation yang akan diintegrasikan ke dalam sistem di command center Bandara Ngurah Rai.

“WRS ini memungkinkan masyarakat dan seluruh pengguna bandara mengetahui adanya gempa bumi dan potensi terjadinya tsunami dalam waktu kurang dari 5 menit atau sekitar 2-4 menit,” ucap Dwikorita.

Ketiga, BMKG akan melakukan upaya edukasi kepada stakeholder dan petugas terkait penyelamatan di Bandara Ngurah Rai dengan cara melatih serta menyelenggarakan drill atau simulasi evakuasi.

“Mitigasi juga harus dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota setempat untuk semakin meminimalkan dampak kerugian dan korban jiwa. Mengingat di lokasi sekitar bandara juga terdapat banyak kawasan ekonomi dan permukiman penduduk,” kata Dwikorita.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Foto: BMKG

Dwikorita menyebut, potensi bahaya gempa dan tsunami di Bandara Ngurah Rai menjadi catatan bagi pemerintah dan semua pihak saat hendak membangun infrastruktur karena wilayah Indonesia berada di lingkaran cincin api sehingga rawan bencana alam.

“Idealnya pembangunan berbagai fasilitas publik diarahkan di wilayah yang aman dari bencana untuk menghindari korban jiwa dan kerugian,” kata Dwikorita.

Lebih lanjut, Dwikorita juga meninjau kesiapan alat pengamatan Automated Weather Observing System (AWOS) di ujung landasan Bandara Ngurah Rai.

AWOS itu dilengkapi sejumlah sensor seperti sensor suhu dan kelembaban, sensor tekanan, sensor curah hujan, sensor arah dan kecepatan angin hingga sensor radiasi matahari.

“Tidak lama lagi KTT G20 akan dilangsungkan di Bali, Oktober mendatang. BMKG telah melakukan berbagai persiapan, karena bandara ini selama penyelenggaraan akan sangat sibuk. Semua alat terus dicek guna memastikan berjalan prima guna menghasilkan data yang akurat, cepat, dan tepat,” tutup Dwikorita.