Fakta-Fakta Menarik di Balik Sejarah Hari Raya Nyepi

Fakta-Fakta Menarik di Balik Sejarah Hari Raya Nyepi

Nasional

https://unsplash.com/@fgiorgio – sejarah hari raya nyepi

Fakta Sejarah Hari Raya Nyepi berkaitan erat dengan tradisi umat Hindu di India. Konon, peringatan ini dilaksanakan setiap tahunnya untuk memperingati hal-hal baik yang terjadi pada masa itu.

Dalam pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Bali, ada beberapa larangan atau pantangan yang dilakukan selama beberapa waktu. Ada juga makanan khas yang biasa hadir saat perayaan Nyepi.

Fakta-fakta Menarik dalam Sejarah Hari Raya Nyepi

1. Nyepi berasal dari kata sepi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sepi artinya sunyi, senyap. Dinamakan seperti itu karena setiap penganut agama Hindu wajib untuk tetap sunyi selama 24 jam. Ini dilakukan dengan tidak menyalakan lampu, listrik, berbicara, berangkat kerja atau sekolah dan hal-hal lainnya yang bisa menimbulkan suara atau menunjukkan tanda kehidupan selama hari raya berlangsung.

Aktivitas yang dilakukan saat Hari Raya Nyepi ini bertujuan untuk mengelabui setan-setan yang ada, dengan berpura-pura untuk “tidak ada kehidupan” selama seharian penuh agar setan-setan pembawa bencana atau petaka dapat pergi.

2. Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan pada kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Dalam perhitungan kalender Saka, satu tahun memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa.

Perhitungan tahun baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian dan tidak ada aktivitas seperti biasa alias dilarang dan dihentikan selama hari raya Nyepi berlangsung.

https://unsplash.com/@sam_huijbregts

3. Sejarah Hari Raya Nyepi hadir berdasarkan cerita dari kitab suci Weda pada awal abad masehi bahkan sebelumnya. Saat itu, India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.

Banyak terjadi pertikaian antar suku-suku bangsa (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) dengan kondisi menang dan kalah yang silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku pada akhirnya menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu.

Pada pertikaian yang panjang tersebut, akhirnya suku Saka menjadi pemenang dibawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.

4. Untuk memperingati hal baik yang terjadi dibawah kepemimpinan Raja Kaniskha I maka terciptalah Hari Suci Nyepi. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.

Berkat kepemimpinan Raja Kaniskha I yang berhasil menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.

5. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/macrocosmos).

6. Pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), suasana akan terasa seperti kota mati. Tidak ada kesibukan aktivitas pada umumnya. Di hari ini, umat Hindu akan melaksanakan ‘Catur Brata’ Penyepian.

Catur Brata Penyepian meliputi 3 aturan Hari Raya Nyepi, yakni amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), dan amati lelanguan (tidak berfoya-foya).

Dalam Catur Brata Penyepian ini ada beberapa hal yang biasa dilakukan umat Hindu, yaitu:

Brata: mengekang hawa nafsu seperti berpuasa.

Yoga: hubungan jiwa dengan paramatma/Tuhan.

Tapa: latihan ketahanan menderita.

Samadi: manunggal kepada Tuhan yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin.

Semua itu menjadi kewajiban bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru. (DNR)