Pengusaha Anggap Wajar Harga Sabun dan Detergen Meroket, Apa Alasannya?

Pengusaha Anggap Wajar Harga Sabun dan Detergen Meroket, Apa Alasannya?

Nasional

Salah satu pedagang grosir deterjen dan sabun di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (2/1/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan

Pengusaha menganggap kenaikan harga sabun dan detergen merupakan hal yang wajar. Padahal kenaikan harga tersebut dikeluhkan oleh beberapa pedagang sabun dan detergen eceran di pasar tradisional karena berdampak kepada omzet harian.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemicals Indonesia (APOLIN), Rapolo Hutabarat, menjelaskan penyebab kenaikan harga sabun dan detergen wajar karena semua kebutuhan pokok di Indonesia juga sedang naik.

“LPG juga naik Rp 25.000 per tabung, bahan-bahan tekstil juga naik, jadi adalah hal yang wajar menurut saya karena komoditi sabun atau detergen pun di pasar global juga mengalami kenaikan, karena biaya produksi juga meningkat,” jelas Rapolo saat dihubungi kumparan, Rabu (2/2).

Naiknya harga sabun dan detergen diperkirakan mengikuti harga minyak yang naik drastis, karena sama-sama produk hilirisasi atau turunan dari kelapa sawit.

Adapun pemerintah telah menetapkan Domestic Price Obligation (DPO) untuk produk olein sebesar Rp 10.300 per liter, sedangkan Crude Palm Oil (CPO) seharga Rp 9.300 per liter sejak 27 Januari 2022. Namun, kata Rapolo, kenaikan harga sabun tidak berkaitan dengan kebijakan tersebut.

“Tidak ada hubungannya, karena bahan industri oleochemical itu menggunakan bahan baku yang berbeda. Minyak goreng itu menggunakan bahan baku CPO sebagai bahan baku utamanya, sedangkan industri oleochemical itu menggunakan minyak inti, CPKO atau crude palm kernel oil,” ujar Rapolo.

Rapolo menjelaskan karena bahan bakunya berbeda, produk yang dihasilkan pun berbeda. CPO dipakai untuk memproduksi minyak goreng, margarin, dan shortening untuk makanan. Sedangkan CPKO untuk oleochemical yang bukan untuk bahan makanan.

“Kalau pun ada sebagian kecil untuk oleofuel, misalnya cocoa butter substitute dan lain-lain pun sangat kecil. Jadi tidak ada korelasi antara minyak goreng dengan oleochemicals karena bahan bakunya sangat berbeda,” terang Rapolo.

Rapolo menegaskan kenaikan komoditas oleochemical itu tidak berkaitan dengan kebijakan DPO maupun Domestic Market Obligation (DMO) atau kewajiban pemenuhan produksi dalam negeri kelapa sawit oleh produsen sebesar 20 persen.

Salah satu pedagang grosir deterjen dan sabun di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (2/1/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan

“Detergen, sabun naik wajar saja, tidak mungkin kan biaya produksi naik, masa harga produknya tidak naik. dan harga itu juga berlaku untuk komoditi dan bahan pokok lain juga naik. Jadi menurut saya seiring dengan perubahan biaya produksi, ya itu semua akan naik,” tegas Rapolo.

Dalam penuturannya, Rapolo juga meminta pemerintah untuk lebih fokus mendorong investasi dan perbaikan iklim usaha melalui regulasi, terutama di sektor industri oleochemicals yang juga dapat meningkatkan lapangan kerja.

“Tinggal bagaimana pemerintah bisa menciptakan lapangan kerja melalui investasi yang kondusif dan regulasi yang konsisten supaya investasi dalam jangka panjang berjalan dengan baik. Kalau semua investasi berjalan dengan baik, penerimaan pemerintah juga akan meningkat,” ujar Rapolo.

“Semakin banyak investasi, maka peluang penambahan lapangan kerja semakin banyak, kalau tidak ada investasi dari perusahaan-perusahaan maka akan semakin sedikit penerimaan dan kesempatan kerja,” tambahnya.

Kenaikan Harga Sabun dan Detergen Dikeluhkan Pedagang

Kenaikan harga sabun dan detergen dikeluhkan oleh beberapa pedagang grosir deterjen dan sabun di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Raul, salah satu pedagang, mengatakan produk deterjen sudah mengalami kenaikan sebanyak dua kali, bahkan ada isu kenaikan lagi.

“Sudah dari bulan kemarin, sudah dua kali naik. Kalau Rinso harga normal Rp 18.000 yang 800 gram, naik jadi Rp 21.000, sekarang Rp 22.000 baru seminggu yang lalu. Katanya mau naik lagi besok, ada omongan mau naik lagi dari sales-nya,” ujar Raul kepada kumparan, Selasa (2/1).

Sama halnya dengan produk sabun, Raul mencontohkan harga sabun batang dan cair dari merek Lifebuoy yang mengalami kenaikan cukup tinggi. Dia menekankan kenaikan ada di beberapa produk Unilever dan Wings.

“Naik juga (sabun), Lifebuoy juga naik, yang cair harga normal Rp 13.000 yang 250 ml, sekarang Rp 16.500. Sabun batang Lifebuoy biasanya Rp 32.000 satu lusin, sekarang Rp 36.000. Pokoknya produk Unilever naik, Wings juga naik,” ujar Raul.

Imbas dari kenaikan beberapa produk oleokimia tersebut, Raul menyebutkan muncul protes dari pembeli dan berdampak pada penurunan omzet yang dia terima setiap harinya. Penurunannya bisa mencapai 50 persen.

Leave a Reply