Pentingnya Guru Sekolah Dasar Ajarkan Pendidikan Seks pada Anak

Nasional

Sebagai seorang pendidik di sekolah dasar, tingginya kasus kekerasan seksual akhir-akhir ini menjadi catatan penting bagi siapa pun baik itu orang tua, guru, masyarakat hingga pemerintah. Tidak sedikit kejadian kasus kekerasan seksual akhir-akhir ini terjadi pada anak dan dilakukan oleh orang terdekat.

Menurut pengalaman saya, sebagai pendidik di sekolah dasar saat ini pelajaran di sekolah memang mengajarkan aspek-aspek dari kesehatan reproduksi, namun masih sangat terbatas pada arahan untuk tidak melakukan seks dan Penyakit Menular Seksual (PMS). Hampir tidak ada materi yang terfokus pada seksualitas, persetujuan hubungan atau sentuhan dengan orang lain yang umumnya disebut consent dan isu lain yang peka dan sadar gender.

Mungkin banyak sebagian dari guru yang menganggap itu tabu dan memilih bersikap apatis untuk membicarakan seksualitas pada anak. Tanpa kita sadari, minimnya pemahaman pendidikan seksual secara jelas akan berdampak pada sulitnya anak melawan perlakuan menyimpang.

Ilustrasi pendidikan seks Foto: Shutterstock

Pernahkah kita menyadari bahwa pendidikan seks di sekolah dasar yang ditabukan akan membuat anak mencari informasi di internet yang bebas diakses dan memiliki konsekuensi anak tidak mendapatkan informasi yang valid dan benar? Sementara kita tahu, hingga hari ini anak-anak menjadi pihak yang paling rentan mengalami kekerasan seksual yang dimanipulasi oleh orang dewasa. Hal tersebut bisa terjadi karena anak tidak paham batasan siapa saja orang yang berhak menyentuh tubuhnya. Contoh kasus anak laki-laki di sekolah yang membuka rok anak perempuan, hal tersebut sudah termasuk pelecehan seksual namun anak tidak mengerti.

Bagaimana kita sebagai seorang guru memulai mengajarkan pendidikan seks pada anak? Sebagai guru kita bisa memulainya dengan hal-hal sederhana seperti mengenalkan organ reproduksi atau memberi pemahaman tentang siapa saja yang boleh menyentuh tubuh anak dan bagaimana menghargai privasi temannya. Agar lebih mudahnya lagi, guru bisa mengajarkan pendidikan seks pada anak sesuai kelas dan usianya.

Jika anak kelas 1-3 guru bisa mengkomunikasikan dengan baik tentang nama-nama bagian tubuh dan fungsinya. Berikan pemahaman kepada anak bahwa tubuh setiap orang itu berbeda-beda, tanamkan tentang batasan-batasan bagian tubuh yang boleh diperlihatkan dan tidak. Berikan pemahaman pada anak siapa yang boleh menyentuh tubuhnya. Ajarkan anak bagaimana cara menolak saat orang lain hendak menyentuh tubuhnya. Berikan pengetahuan tentang proses kehamilan dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami anak, terakhir guru bisa membuka diskusi tentang pengetahuan dasar seksualitas, perubahan bentuk tubuh dan pubertas pada pelajaran tertentu.

Jika anak kelas 4-6 guru bisa memulai membahas tentang pubertas secara lebih terbuka, tanamkan pada anak bahwa pubertas bukan hal yang memalukan untuk dibahas. Ajarkan anak cara mengekspresikan kepedulian dengan sehat dan tidak berlebihan, tekankan bahwa memahami batasan dan menghargai privasi yang dimiliki orang lain itu sangat penting.

Pepatah mengatakan mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Maka, memulai mengajarkan pendidikan seks sejak dini sama halnya mencegah kekerasan atau membentengi anak untuk menjaga dirinya dan orang lain dari berbagai kekerasan seksual yang dapat merusak masa depannya.

Leave a Reply