Tita Ristanto, Ahli Perminyakan yang Banting Setir Jadi Data Scientist Tesla

Tita Ristanto, Ahli Perminyakan yang Banting Setir Jadi Data Scientist Tesla

Nasional

Tita Ristanto, Senior Data Scientist Tesla. Foto: Dok. Tita Ristanto

Tita Ristanto merupakan Senior Data Scientist di sebuah perusahaan otomotif elektrik ternama asal Amerika Serikat, Tesla. Berkantor di Silicon Valley, San Francisco Bay Area, pemuda yang kerap disapa Aris ini bekerja fokus pada bidang Business Analytics.

Perjalanan pendidikan serta karier Aris bisa dibilang cukup unik. Pemuda lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Perminyakan ini pertama kali mengawali karier di salah satu perusahaan besar minyak yakni British Petroleum (BP). Di sana, ia bekerja selama 4 tahun sebagai Production Engineer.

Di tengah zona nyamannya itu, Tita dihadapi sebuah dilema besar tentang pekerjannya. Ia pun mengambil langkah hidup yang dia sebut sebagai ‘best career decision ever’.

“Waktu itu aku ngerasa aku engga mau menghabiskan karier aku di oil and gas. Aku merasa itu engga align aja sama moral compassku”, terangnya saat berbincang dengan kumparan secara virtual pada Selasa (8/2).

“Karena aku sadar akan climate change. Saat itu aku bekerja sebagai production engineer, and my job was to produce oil sebanyak-banyaknya from the ground. Yang di mana itu berdampak langsung pada climate change kan. So I was part of the problem. Aku ngerasa bersalah di situ,” tegasnya.

Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock

Terdorong dari rasa bersalahnya, Aris memutuskan untuk meninggalkan itu semua. Meninggalkan 8 tahun pengalaman yang telah diraihnya. “Sempet mikir sayang banget. Tapi yaudah, aku harus let it go aja untuk kejar another interest in another field”.

Aris terbang ke San Francisco, AS untuk menuntut ilmu di bidang yang baru. Ia mengambil program Master di Stanford University bidang Energy Resources Engineering. Sebuah bidang studi yang fokus pada energi terbarukan.

Di pertengahan masa perkuliahannya, Aris merasa ada ketertarikan di bidang lain, yakni Data Science. Aris mengatakan, pada tahun 2016, Data Science saat itu sedang hype dan juga banyak digemari oleh siswa lainnya. Bahkan, perusahan top besar yang berkantor tak jauh dari Stanford University seperti Facebook, Google, Tesla, sedang mengembangkan Artificial Intelligence (AI) atau machine learning dan lain-lain.

“Karena itu, I was initially skeptical, aku kaya penasaran, kenapa anak-anak di sini pada tertarik ke arah situ. Lalu aku sit in di satu kelas yang ternyata itu mengubah hidup aku, for better,” katanya.

“Namanya kelas Machine Learning. Sejak saat itu aku belajar juga data science. Aku juga ngambil dan belajar kelas yang terkait sama data dari Computer Science sama Statistics,” jelasnya.

Tita Ristanto ktika lulus dari Stanford University. Foto: Dok. Tita Ristanto

Setelah lulus dari Stanford University, Aris memulai karier pertamanya di perusahaan start-up bernama Ensemble Energy. Di-hire langsung oleh dua founders, ia menjadi pegawai full-time ke-tiga di sana. Ia bekerja sebagai Data Scientist.

Setelah 2 tahun berkarier di sana, tepatnya tahun 2021, barulah kisah Aris dengan perusahaan otomotif milik Elon Musk ini dimulai.

Mindset aku jadi berubah. Karena jadi menganggap pressure itu sebagai growing opportunity dan itu jadi memudahkan aku di karier dan kehidupanku.Tita Ristanto.

Senior Data Scientist

Sebagai Senior Data Scientist, Aris bertugas untuk mengautomasikan berbagai hal di berbagai bidang. Bidang bisnis misalnya. Ada beberapa pekerjaan yang masih membutuhkan tangan manusia. Tujuan Aris beserta tim ialah untuk merancang sistem agar pekerjaan tersebut bekerja secara otomatis oleh komputer.

Tita Ristanto, Senior Data Scientist Tesla. Foto: Dok. Tita Ristanto

“Contohnya seperti feedback dari customer. Yang awalnya kita analisa secara manual, tapi sekarang kita buat lebih data driven, bisa di-automate. Karena customer kan makin banyak ya, kita engga mungkin tugasin orang untuk hanya menyortir feedbackfeedback itu, karena banyak banget. Juga banyak data lain yang dipakai untuk memberi business values,” jelasnya.

No Chain of Command

CEO Tesla Inc, Elon Musk berjalan di samping layar yang menunjukkan gambar mobil Tesla Model 3. Foto: REUTERS/Aly Song

Aris menjelaskan bahwa budaya kerja di Tesla itu seperti start-up yang punya flat organizational culture. Apa maksudnya?

Diceritakan Aris, bahwa Elon Musk selalu mengatakan “there’s no chain of command at Tesla”. Yang artinya adalah tidak ada garis wewenang di Tesla.

“Jadi kalau di perusahaan yang konvensional, biasanya yang old school, itu kalau kita mau interaksi sama divisi lain, kita harus ngomong ke manager kita, terus manager kita kulo nuwon dulu ke manager divisi itu, baru sampe ke timnya”.

“Mau dia senior, junior, mereka engga peduli. Seorang pegawai misalnya. Bisa aja tiba-tiba di chat sama VP, yang posisinya pas di bawah Elon, untuk nanya-nanya. Itu terjadi. Itulah budaya di Tesla secara general,” jelas pemuda asal Yogyakarta tersebut.

Presiden AS Donald Trump berbicara saat akan berangkat dari Joint Base Andrews, Maryland, AS, Rabu (20/1). Foto: Carlos Barria/REUTERS

Aris juga menjelaskan beberapa tantangan besar yang ia temui selama berkarier. Salah satunya ketika sedang mencari pekerjaan di tengah pandemi. Ia menjelaskan bahwa sangat banyak orang yang berhenti atau diberhentikan dari pekerjaannya dan sangat sedikit pula perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan.

Kala itu, kata Aris, angka unemployment rate memuncak. Ditambah lagi, Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan yang memihak warga AS dan mempersulit pekerja dari luar negeri. Hal ini menjadi tantangan yang unik untuk Aris.

“Itu menurut aku pressure yang mendorong aku. Aku harus berusaha lebih ekstra. Itu jadi kaya dorongan buat aku dan jadi terbiasa kerja under pressure. Awalnya memang stressful, for sure,” terang Aris.

Tita Ristanto, Senior Data Scientist Tesla. Foto: Dok. Tita Ristanto

Melihat ke belakang, Aris mengatakan pencapaian terbesar dalam karier dirinya, yakni ketika ia membuat sesuatu yang bisa berguna bagi orang lain. Menciptakan sebuah sistem yang digunakan oleh banyak orang dan memberi manfaat pada mereka.

“Aku tau ini terdengar cliché, tapi itu something yang bikin aku puas. Bisa kasih value buat orang-orang lain lewat sesuatu yang kita bikin, buat aku itu satisfying aja,” jelas Aris.

Tukang Sablon dan Mimpi Jadi Penjaga Palang Kereta Api

Tak hanya dalam karier, Aris juga menceritakan pencapaian terbesar dalam kehidupannya. Dirinya mengaku sama sekali tidak pernah terpikir menjadi seperti sekarang ini. Tidak pernah terpikir juga bahwa akan berlabuh di negeri orang. Jika dibandingkan dengan masa lalu, ia sebut sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sekarang.

“Waktu itu aku mikir kaya engga bakal ada di tempat kaya sekarang. Aku waktu itu mikirnya paling ikut kakakku jadi tukang sablon waktu aku SMA. Engga mikir kaya kuliah. Ngapain sih gitu. Saat itu aku engga melihat manfaat dalam mengejar pendidikan yang lebih lanjut.”

“Hal yang bikin aku senang juga adalah bisa meningkatkan kualitas hidup my family. Waktu itu keluargaku sempet kesusahan, financially. Dengan aku berkarier sampe di titik sekarang, itu bisa membantu mereka. Aku ngerasa seneng bisa kasih sedikit manfaat buat mereka,” ungkap Aris.

Aris juga membagikan kisah unik saat ia duduk di bangku sekolah dasar. Di masa itu, Aris kecil mempunyai cita-cita untuk menjadi penjaga palang pintu kereta api. Ia mengungkapkan bahwa dirinya suka sekali dengan kereta api.

“Waktu itu aku inget banget sama bapakku waktu kecil, kita suka kaya naik sepeda ontel gitu diboncengin lewat sawah, terus lewat kereta gitu. For some reasons aku suka kereta. Dan waktu itu aku naik, dan bilang; ‘oh saya mau jadi penjaga palang pintu kereta aja.’ Karena it’s simple and I love watching train passing by,” jelasnya sambil tersenyum.

Tita Ristanto, Senior Data Scientist Tesla. Foto: Dok. Tita Ristanto

Selain kesibukannya menjadi Data Scientist untuk Tesla, Aris juga melakukan beberapa kegiatan lain untuk mengisi waktu luangnya, yakni mendaki serta roadtrip.

Aris merupakan orang yang selalu dihinggapi rasa penasaran. Rasa penasarannya pun ia tuangkan untuk menjelajahi tempat-tempat yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi.

“Aku tuh orangnya curious. Dan dulu aku suka ngeliat peta waktu kecil. Jadi aku kaya suka point some random place on the map, dan mikirin di sini tuh ada apa. Sampai sekarang juga masih kaya gitu. Kaya liat Google Maps, terus penasaran di sini tuh ada apa sih. Lalu nyetir ke sana. Atau naik pesawat ke sana, sewa mobil terus muter-muter di sana. Aku sering banget kaya gitu. Dan hiking juga. Itu kebiasaan aku. Keliling-keliling”.

Ketika kumparan bertanya kesediaannya jika Indonesia memanggil untuk pulang dan membangun Tanah Air, Aris menjawab perlu mempertimbangkan banyak faktor untuk itu.

Wah pertanyaan sulit ini,” respons Aris sambil tertawa.

“Aku bakal nanya lagi sih; saya dipanggil dalam kapasitas apa. Lalu aku bakal make sure lagi apakah itu sejalan dengan ekspektasiku juga atau tidak. Jadi aku engga punya jawaban kaya yes or no. Tapi aku bakal cari tau lagi sih, ini tuh bakal kaya apa. Aku basically happy to help”.

“Tapi aku lebih efisien dan optimal ketika aku ditempatkan di tempat tertentu. Belum tentu saat aku pulang ke Indonesia, itu adalah tempat di mana aku bisa kasih kontribusi yang optimal. Belum tentu,” ungkapnya.

Tita Ristanto, Senior Data Scientist Tesla Foto: Dok. Tita Ristanto

Aris punya pandangan tersendiri tentang bagaimana bekerja untuk sebuah pemerintahan. Dirinya berpendapat, perlu adanya sebuah pengabdian yang besar untuk bekerja lingkungan itu.

“Kalau misalkan kerja di pemerintahan, basically kita harus mengabdi. Kalau orang motifnya cuma buat dapet uang, itu susah. Apalagi kerja di pemerintah to be frank. Intinya harus benar-benar kesadaran untuk ngabdi, bukan untuk cari uang lagi kalo di sana (di pemerintahan),”.

“Di satu sisi aku juga sadar kaya ngapain sih kita ngumpulin uang banyak-banyak gitu, you don’t need that much money. Itu kesadaran dari diri aku sendiri. Aku lebih bahagia ketika aku ngasih manfaat ke greater good, siapa pun itu,” tutupnya.