Harga Nikel Melambung, Saham Vale Indonesia (INCO) Justru Terperosok

Harga Nikel Melambung, Saham Vale Indonesia (INCO) Justru Terperosok

Nasional

Warga melihat layar pergerakan saham pada gawainya di Jakarta, Kamis (24/2/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO

Harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan yang bergerak di industri pertambangan nikel, hari ini terpantau turun. Sejak perdagangan hari ini dibuka hingga pukul 14:21 WIB, saham INCO terjun 4,30 persen atau kehilangan 275 poin ke posisi Rp 6.125.

Terperosoknya saham Vale hari ini justru terjadi saat harga komoditas nikel di pasar global sedang melesat hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Pada perdagangan di The London Metal Exchange (LME) kemarin, harga nikel tembus di atas USD 100 ribu per ton.

Kenaikan harga nikel ini dua kali lipat dari akhir tahun lalu, di mana harga nikel dunia masih bertengger di kisaran USD 20.757 per ton. Hal ini menimbulkan pertanyaan apa penyebab saham salah satu emiten nikel ini malah turun di tengah momentum baik ini.

Analis Indo Premier Sekuritas, Mino, menyebutkan penurunan harga saham INCO merupakan kondisi yang sangat wajar. Hal itu karena sekarang para investor INCO sedang melakukan profit taking atau tindakan menjual saham untuk mendapatkan untung besar setelah mengalami kenaikan harga yang tinggi.

“Harga INCO itu sebelum ada lonjakan harga nikel, harganya di bawah Rp 5.000 dan kemudian kemarin INCO menyentuh harga Rp 6.000 lebih. Jadi saat ini dia terkoreksi masih cukup wajar,” ujar Mino saat dihubungi kumparan, Rabu (9/3).

Tak hanya INCO, menurut Mino, investor juga banyak ambil aksi untung pada hari ini terhadap saham tambang lainnya seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Aksi ini membuat saham ADRO merah sejak pagi. Hingga pukul 14:21 WIB, ADRO kehilangan 20 poin atau turun 0,64 persen ke Rp 3.100. Pada pukul 10:00 WIB, bahkan sempet merosot ke Rp 2.960.

Lokasi tambang Nikel Milik PT Vale Indonesia Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan

Senada dengan Mino, Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menuturkan penurunan harga saham INCO ini merupakan kondisi wajar setelah harga komoditas nikel mengalami kenaikan lebih dari 100 persen sejak minggu lalu.

“Melesatnya ini akibat dari investor-investor asing melakukan pembelian nikel pasca Rusia invasi Ukraina, karena Rusia salah satu negara produsen nikel terbesar keempat dunia, sehingga ketika terjadi masalah harga pun naik,” jelas Ibrahim.

“Jika terjadi koreksi hari ini, ini sangat wajar karena pada saat terjadi koreksi berarti investor-investor melakukan profit taking untuk mendapatkan keuntungan, karena sudah di atas 100 persen keuntungannya,” tambahnya.

Dia menilai, kemungkinan besar terjadinya koreksi harga nikel pada perdagangan besok bisa terjadi seiring dengan adanya perjanjian perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Sehingga wajar jika saham emiten nikel seperti INCO terjadi koreksi pula.

“Koreksi ini bersifat sementara. Pada saat harga sudah di bawah, kemudian investor akan masuk kembali karena target harga nikel sendiri kemungkinan besar mencapai di USD 150.000 pasca Rusia menginvasi Ukraina,” tutur Ibrahim.

Dengan demikian, kondisi penurunan harga saham INCO bukan turun bebas. Dia menegaskan, tidak akan ada yang mau membeli jika harganya naik terus, karena itu saham sifatnya fluktuatif. Ibrahim pun memprediksi saham INCO akan melonjak kembali.

“Di 2022 kemungkinan besar nikel cetak rekor di USD 150.000, saham INCO akan mengalami kenaikan tidak hanya 100 persen, bisa saja 150-170 persen. Ini harga yang tidak wajar,” tandasnya.