Hotel Berbintang di Surabaya Rekrut Disabilitas Sebagai Karyawan

Hotel Berbintang di Surabaya Rekrut Disabilitas Sebagai Karyawan

Nasional

(kiri ke kanan) Andreas Riyadi, General Manager Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama, bersama dua pekerja disabilitas, dan Treti Christina, Director of Talent Cluster Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama. Foto-foto: Masruroh/Basra

Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama yang sejak tahun 2018 bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja memberikan kesempatan kepada dua penyandang disabilitas untuk magang di hotel. Hasil dari magang selama 4 bulan, Achmad Fauzi dan Deddy Enggar, dua penyandang disabilitas direkrut menjadi daily worker di hotel. Achamd Fauzi bekerja di laundry dan Deddy Enggar bekerja di public area. Tidak ada kendala dalam hal berkomunikasi dengan mereka. Mereka menggunakan kesempatan yang diberikan dengan baik dan menghasilkan kinerja yang memuaskan.

Diungkapkan Treti Christina, Director of Talent Cluster Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama, sejak 2017 pihaknya telah membuka program magang (pelatihan) bagi disabilitas. Bahkan program tersebut masih terus dilakukan selama masa pandemi COVID-19.

“Kami terbuka lebar untuk program pemagangan bagi disabilitas. Setiap tahun program ini pasti ada,” ujar Treti kepada Basra, Sabtu (5/3).

Lebih lanjut dikatakan Treti, tidak ada kuota khusus setiap tahunnya bagi disabilitas yang ingin magang di Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama.

Treti Christina, Director of Talent Cluster Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama.

“Berapapun kami akan akomodir, tapi sebelum program itu dijalankan, kami akan melakukan mapping, area mana saja yang kira-kira rekan-rekan disabilitas ini mampu. Jangan sampai rekan-rekan disabilitas ini nantinya menemui kendala, jadi sesuai yang mereka mampu,” jelas Treti.

Dalam menjalankan program pemagangan tersebut, lanjut Treti, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah instansi, di antaranya Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial, dan SMK Negeri.

“Kenapa kami juga menggandeng SMK Negeri? Karena biasanya SMK Negeri memiliki siswa disabilitas. Setiap tahun SMK ini memiliki program pemagangan dan siswa (disabilitas) memiliki kesulitan mencari hotel-hotel yang mau menerima magang. Jadi kami memberikan kesempatan itu, ” papar Treti lagi.

Sementara itu Achmad Fauzi dan Deddy Enggar, dikatakan Treti, merupakan disabilitas yang ikut program pemagangan di akhir tahun 2016.

Ditegaskan Treti, menyandang disabilitas bukan berarti tak mampu melakukan sesuatu seperti mereka yang normal. Lewat pelatihan yang dijalani serius, kaum disabilitas ternyata tak kalah dengan yang normal.

“Mereka kami tumbuhkan semangatnya dan kami yakinkan bahwa masih ada yang memperhatikan. Tentu harapannya mereka bisa membuktikan bahwa yang mereka lakukan tidak kalah dengan yang non disabilitas,” tukasnya.