WHO: Hati-hati, Banyak Negara Belum Capai Puncak Gelombang Varian Omicron

WHO: Hati-hati, Banyak Negara Belum Capai Puncak Gelombang Varian Omicron

Nasional

Petugas kesehatan menyimpan hasil tes usap COVID-19 milik seorang warga saat tes massal di Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (10/1/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto

WHO menyampaikan perkembangan terbaru terkait pandemi COVID-19. Mereka mengatakan, hingga saat ini masih banyak negara belum mencapai puncak gelombang penularan varian Omicron.

WHO meminta seluruh negara menyikapi masalah ini dengan bijak. Terutama negara dengan cakupan vaksinasi yang masih rendah.

“Kami mendesak untuk berhati-hati karena banyak negara belum melewati puncak Omicron. Banyak negara memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah dengan individu yang sangat rentan dalam populasi mereka,” kata Kepala Teknis WHO, Maria Van Kerkhove, dikutip dari Reuters, Rabu (2/1).

“Jadi sekarang bukan saatnya untuk melepas semua pembatasan sekaligus. Kami selalu mengimbau, selalu sangat berhati-hati, dalam menerapkan kebijakan serta mencabut pembatasan secara mantap dan perlahan, sepotong demi sepotong. Karena virus ini cukup dinamis,” tambah dia.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: REUTERS/Denis Balibouse

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menuturkan, mereka prihatin dengan berkembangnya narasi di beberapa negara yang tidak lagi menerapkan protokol kesehatan. Sebab beberapa negara merasa sudah lepas dari COVID-19.

“Tidak ada yang lebih jauh dari kebenaran. Lebih banyak penularan berarti lebih banyak kematian. Kami tidak menyerukan negara mana pun untuk kembali ke apa yang disebut penguncian.” kata Tedros.

“Tetapi kami menyerukan semua negara untuk melindungi orang-orang mereka menggunakan setiap alat di lokasi, bukan vaksin saja,” tambah dia.

“Masih terlalu dini bagi negara mana pun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan,” tutur Tedros.

Sementara Kepala Kedaruratan WHO, Mike Ryan, mendesak negara di dunia untuk menyusun sendiri langkah penanganan COVID-19. Ia menilai banyak negara sudah memulai masa transisi mengubah pandemi COVID-19 menjadi endemi.

“Saya pikir ini adalah fase transisi bagi banyak negara, tidak setiap negara dalam situasi yang sama,” kata Ryan.

“Negara-negara yang membuat keputusan untuk membuka diri secara lebih luas juga perlu memastikan pencegahan jika kita membuka pintu dengan cepat,” tutur Ryan.

Pandemi COVID-19 sudah dua tahun lebih melanda dunia. Tercatat jumlah kasus positif global mencapai 379.847.962 jiwa.

Sementara kematian kini berjumlah 5.694.677 orang. Meski begitu, jumlah pasien COVID-19 sembuh juga tinggi. Kini jumlah kesembuhan secara global mencapai 299.804.970 orang.

Leave a Reply